Ring ring
HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :782828
United StatesUnited States
Free mobile page creator64Mozilla
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Tags: Inspiratif

Pramoedya Ananta Toer

Tujuh tahun lalu, tepatnya Selasa, 1 Mei 2006, hampir seluruh headline media cetak di Indonesia memuat berita mengenai salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia sastra: Pramoedya Ananta Toer. Sebab, sehari sebelumnya, sosok yang akrab dipanggil Pram itu meninggal dunia pada usia 81 tahun.
Sebenarnya, saya kurang begitu “ngeh” saat membaca berita kematian satu-satunya sastrawan Indonesia yang pernah dinominasikan meraih penghargaan Nobel tersebut. Maklum, selain tidak begitu hobi dengan dunia sastra, saya sendiri belum mengenal Pram.
Apalagi, pertama kali saya mengetahui riwayat tentang pria yang terkenal dengan novel “Arok Dedes” itu ketika membaca wawancaranya dengan majalah Playboy edisi April 2006. Tapi, itu pun bukan karena saya memang antusias menelusuri jejak kelamnya sepanjang delapan halaman di Pulau Buru. Melainkan, karena tertarik menyambut edisi perdana dari majalah yang beberapa waktu kemudian dibredel itu dengan cover mencolok, Andhara Early.
*      *      
Hingga, berselang banyak tahun, setelah sering membaca artikel “berbau” sastra, saya baru menyadari bahwa Pram itu merupakan sosok fenomenal. Mungkin, saya bisa menyebut pria kelahiran Blora, Jawa tengah, 6 Februari 1925 ini sebagai pribadi yang unik, sedikit nyentrik, menjurus kontroversial, namun genius.
Itu saya dapat usai membaca berbagai kisah hidupnya serta beberapa buku Pram yang meski sulit dicerna tapi bikin penasaran. Apalagi, dia merupakan sosok yang jujur, bebas, dan terkesan blak-blakan. Seperti halnya sewaktu Pram dengan datar menyebut Nobel bukan keinginan terbesarnya.
“Bagi saya, kalau dapat itu (Nobel) berarti penghargaan dunia. Itu saja,” kata pria yang mendapat penghargaan bergengsi Ramon Magsaysay Award itu. “Saya sudah dapat penghargaan di mana-mana. Orang baca karya saya saja itu sudah suatu penghargaan.”
Yang menarik, ketika Pram mengakui sama sekali tidak mempunyai dendam dengan pemerintah orde lama dan orde baru, meski sempat diasingkan ke pulau terpencil padahal dirinya sama sekali tidak bersalah. Namun, dia juga menegaskan tidak pernah memaafkan perlakuan militer terhadapnya. Terutama setelah  perpustakaan yang dikumpulkannya sejak puluhan tahun dibakar begitu saja:
“Saya enggak suka militer Indonesia. Itu grup bersenjata menghadapi rakyat yang nggak bersenjata. Kalau ada perang internasional, lari terbirit-birit. Karena biasanya yang dilawan rakyat tanpa senjata. Saya nggak bisa memaafkan. Yang dibakar aja delapan, belum yang hilang di penerbit-penerbit. Nggak tahu kok, sejarah saya sejarah perampasan. Ini pendengaran saya juga hilang. Ini kerjaan militer juga yang bikin saya setengah tuli, dihajar pakai popor senapan.”
*      
     
Mendengar penuturan lirih tersebut, seketika membuat saya merinding. Merinding membayangkan siksaan yang diterima Pram, termasuk ketika kebebasannya terbelenggu di Pulau Buru. Namun, karena pengasingannya itu yang membuat Pram kian terkenal dan mengundang simpati masyarakat internasional.
Setelah tujuh tahun kematiannya, karya-karya Pram tetap abadi dan tersebar hampir di seluruh dunia dengan diterjemahkan dalam 42 bahasa. Tentu, itu tidak akan terjadi jika dia tidak mendapat “pengalaman” dipenjara selama lebih dari 14 tahun. Itu diakui Pram dengan menyebut pada masa pengasingannya itu, justru memberinya inspirasi untuk menelurkan karya-karya terbaik. Termasuk Tetralogi Buru, dengan Bumi Manusia sebagai salah satu novel terbaik yang pernah saya baca.
*      
     
Beberapa naskah pram yang hilang dan dimusnahkan:

- Sepoeloeh Kepala Nica (1946)
Hilang di tangan penerbit Balingka, Pasar Baru, Jakarta, 1947.

- Bagian dari Di Tepi Kali Bekasi
Dirampas Marinir Belanda, 22 Juli 1947.

- Mari Mengarang (1954)
Tak jelas nasibnya di tangan penerbit, 1955

- Kumpulan Karja Kartini
Dibakar tahun 1964, bagian-bagiannya sempat dimunculkan beberap kali

- Wanita Sebelum Kartini
Dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965

- Panggil Aku Kartini Sadja, jilid III dan IV
Dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965

- Sedjarah Bahasa Indonesia, Satu Pertjobaan (1964)
Dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965

- Lentera (1965)
Tak Jelas nasibnya di tangan penerbit
- Kumpulan Cerpen Bung Karno
- Dua jilid terakhir trilogi Gadis Pantai
*      
     

Referensi:
- Pramoedya Ananta Toer, 81, Indonesian Novelist, Dies (The New York Times)
- Dihargai Dunia, Dipenjara di Negeri Sendiri (Biografi Tokoh Indonesia)
- Menerawang Kotak Hitam Nusantara (Kompas.com)
- Yang Hilang dan Dimusnahkan dari Pram (Majalah Playboy #1 - April 2006)
- Bumi Manusia (Library of Congress)
*      
     *
- Jakarta, 30 April 2013

http://m.kompasiana.com/post/catatan/2013/04/30/mengenang-jejak-pramoedya-ananta-toer/

Mengenang Jejak Pramoedya Ananta Toer

Oleh: Choirul Huda | 30 April 2013 | 13:43 WIB

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 64 orang, minggu ini: 5654 orang, bulan ini: 21316 orang, total semuanya: 782828 orang
, United StatesUnited States,Mozilla/5.0 AppleWebKit/537.36 (KHTML, like Gecko; compatible; ClaudeBot/1.0; +claudebot@anthropic.com)