HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :761570
United StatesUnited States
Mobile wap creator58Mozilla
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Armageddon

Armageddon bagi sebagian besar masyarakat awam, selalu dihubungkan dengan film buatan Hollywood, dimana sang “jagoan” Bruce Willis menyelamatkan dunia dengan mengorbankan dirinya dalam satu misi diluar angkasa yang tujuannya menghindarkan bumi dari hantaman meteor yang melaju tak kenal ampun. Dan lagu slow rock romantis “I dont wanna miss a thing” dari Aerosmith mengiringi bagian penutupan film, menjadikan Armageddon ini sebagai lakon kehebatan manusia mengalahkan hari kiamat, dalam pertunjukan melankolis penuh dimensi kepahlawanan.

Sejatinya memang Hollywood selalu dapat mengemas segala bentuk pertarungan dan kejadian dalam paket yang laris-manis untuk dijual, dan manusia pada akhirnya selalu keluar sebagai pemenang mengalahkan segala musuh, bahkan hari kiamatpun dapat ditunda oleh Bruce Willis dengan keberaniannya.

Bukit Armageddon yang saya kunjungi, dan melihatnya langsung dari atas  pegunungan Carmel, lokasi dimana Nabi Elia mengalahkan empat ratus nabi Baal, sungguh jauh berbeda dari imajinasi yang terbentuk dalam bayangan pikiran saya. Karena dipandang dari ketinggian gunung Carmel, maka Armageddon yang berbukit bukit itu justru kelihatan seperti lembah dengan lekukan landai mempesona.

Armageddon yang bahasa Ibrani aslinya berbunyi Har-magedone, adalah lokasi yang  menurut kitab suci merupakan tempat pertarungan terakhir, dimana hari Kiamat terjadi, yaitu “the final battle between the good and the evil”. Kebaikan yang dalam arti puncak berarti Tuhan, dan kejahatan yaitu Setan. Pertarungan terakhir Maha Hebat, dimana segala nubuatan dan penglihatan nabi nabi yang tertuang dalam berbagai kitab suci, pada akhirnya akan dibuktikan.

Memandang Armageddon yang terletak di daerah Megiddo , suatu kota berjarak  kurang lebih empat puluh kilometer dari  Danau Galilea, adalah menikmati keindahan pemandangan bukit dan lembah dalam balutan kabut dan angin yang bertiup kencang menusuk tulang.

Harus diakui, ada kesan mistis yang sangat kuat melekat, bercampur keindahan bukit hijau dan beberapa desa pemukiman yang terlihat seperti sekelompoh balok balok putih dari kejauhan. Tidak terlihat sesuatu yang menyeramkan sejauh mata memandang. Yang nampak adalah hijaunya pepohonan dan tanah coklat yang sudah digarap siap untuk ditanami anggur dan pohon pohon zaitun dan Kurma.

Joram sang tour guide kemudian menjelaskan bahwa memang dari atas pegunungan Carmel, pemandangan Bukit dan lembah Armageddon hampir selalu ditutupi kabut. Masih cukup beruntung kami pada hari itu masih bisa menikmati pemandangan indahnya walaupun diselimuti kabut.

Dari teras atas Gereja yang terbuka, nampak bukit dan lembah Armageddon yang terhampar bagaikan permadani aneka warna, dan saya  tak habis pikir, mungkinkah lokasi seindah dan sesejuk ini menjadi pusat terjadinya peperangan terbesar hari Kiamat, dimana Kebaikan akan bertarung melawan kejahatan ?.

Sejauh mata memandang yang kelihatan adalah keindahan alam dan harmonisnya ladang hijau berbaur tanah coklat dan beberapa kumpulan kecil rumah rumah putih pemukiman rakyat.

Joram kemudian menjelaskan bahwa ada kemungkinan kata Armageddon itu hanyalah sebuah simbol, dan tidak berarti harus disitulah lokasi tepatnya kiamat terjadi. Hm.. penalaran tentang hari Kiamat yang memang menjadi sangat subjektif bagi setiap orang, tergantung kepada iman dan kepercayaan masing masing manusia.

Setelah kira kira lima belas menit lamanya menikmati Armageddon, tulang saya sungguh tak kuat lagi. Sampai menggigil dengan gigi gemeretak mencoba bertahan dan mencari momen untuk mengambil lebih banyak foto, saya akhirnya menyerah.

Saya kemudian turun kebawah, bergabung dengan rombongan yang sudah lebih dulu menikmati teh dan kopi panas yang dijual di toko kecil samping gereja. Menyeruput kopi hitam yang mengepul harum, yang timbul dalam pikiran saya justru adalah “kenikmatan surgawi”, seperti kehangatan yang ditemukan diantara dinginnya tusukan angin.

Armageddon…. bukit dan lembah berbalut kabut bak pesona lekukan tubuh wanita dibungkus sehelai sutera tipis menggoda…. Siapa yang bisa menafsirkan keindahan dan nikmat atau murka yang mungkin ditawarkannya ?.

Teori hari Kiamat dan waktu yang terus bergulir dalam misteri terjadinya, saya biarkan saja menjadi suatu rahasia yang terlalu pelik untuk dapat  diungkapkan  oleh kekerdilan otak dan pikiran saya sebagai manusia biasa yang tentu mustahil melawan kehendak Sang Empunya Alam Semesta.

Armageddon .. mungkinkah itu terjadi ketika kabut dengki dan kedegilan menutupi lembah nurani yang murni membentang ?.  Atau ketika dinginnya hati telah membeku dalam keegoisan dan kerakusan manusia meskipun suara tangisan dan penderitaan sesama jelas nampak di depan mata ?.

Barangkali misteri sederhana itulah yang harus saya pecahkan ketika bis perlahan mulai menuruni ketinggian gunung Carmel,  menyusuri landai keindahan perkebunan angur dan warna tanah basah menjadi pemandangan kontras diantara hijau daun dan buah anggur yang menggiurkan.

Armageddon… sekeping misteri dalam refleksi kehidupan, selalu antara pertarungan Kebaikan melawan Kejahatan.

Mungkin tak selamanya Tuhan atau Iblis yang bertanggung jawab penuh… Mungkin kita sebagai makhluk ciptaan yang diberi kebebasan memilih dan akal budi yang berhikmat, akan menjadi faktor penentu akhir…

Akankah Kebaikan menang melawan kejahatan ? Ataukah itu tersimpan sebagai legenda yang masih harus menunggu dibuktikan ?.

Kabut masih setia menutupi bukit dan lembah Armageddon, menunggu misteri yang entah kapan terkuak diantara lekukan keindahannya.

http://m.kompasiana.com/post/jalan-jalan/2013/04/22/armageddon-lembah-berkabut-menanti-pertarungan-hebat-terakhir/

Armageddon, Lembah Berkabut Menanti Pertarungan Hebat-Terakhir

Oleh: Ellen Maringka | 22 April 2013 | 08:52 WIB

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 58 orang, minggu ini: 3611 orang, bulan ini: 58 orang, total semuanya: 761570 orang
, United StatesUnited States,Mozilla/5.0 AppleWebKit/537.36 (KHTML, like Gecko; compatible; ClaudeBot/1.0; +claudebot@anthropic.com)

Teya Salat