Duck hunt
HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :761478

Create a site without programming1494Mozilla
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Tags: Blog, Media, Teknologi

Cara Metakkan CCTV dan DVR

Sekarang ini semakin banyak tempat yang dipasang CCTV. Mulai dari ruang-ruang yang memerlukan tingkat pengamanan tinggi, bank, kantor, ruang publik, sampai di rumah-rumah tinggal pribadipun CCTV sudah lazim. Teknologinya pun macam-macam, mulai dari yang standar sampai dengan yang berteknologi tinggi. Salah satu teknologi CCTV yang disuka sekarang adalah CCTV berteknologi internet yang pantauannya bisa diakses melalui laptop, ponsel, maupun komputer tablet.

Karena CCTV fungsi utamanya adalah untuk memantau dan merekam momen-momen penting seperti adanya aksi kejahatan, yang bisa menjadi alat bukti yang sangat kuat, maka mutlak diperlukan perlengkapan CCTV yang bisa merekam, namanya adalah Digital Video Record (DVR). Kapasitas merekamnya pun bermacam-macam tergantung kapasitas hard disc yang terpasang (biasanya minimal 1 Terra), sistem dan setting perekamannya. Misalnya, ada yang di-setting hanya merekam ketika ada pergerakan, ada juga yang disetting hanya merekam kalau yang bergerak itu manusia, bukan kucing, atau pohon yang tertipu angin, misalnya. Rata-rata yang dipakai adalah yang bisa merekam sampai 30 hari.

Tanpa alat perekam (DVR) ini, maka fungsi CCTV hanya sebatas memantau, kalau ada kejahatan, tidak terekam, tidak ada bukti, mubazirlah CCTV itu.

Ada orang yang dengan alasan penghematan tidak melengkapi DVR di CCTV-nya. Dia memasang CCTV hanya untuk memantau suatu aktifitas. Misalnya, memantau pegawainya yang sedang bekerja. Hal ini sangat disayangkan, karena suatu peristiwa tak terduga setiap saat bisa saja terjadi. CCTV ada, tetapi tidak bisa merekam. Terasa konyol, jadinya.

Karena fungsi DVR adalah merekam dengan maksud sebagai alat bukti, maka seharusnya letak DVR ini dirahasiakan. Bilamana perlu ditambah dengan pengamanan, seperti diteralis sedemikian rupa sehingga tidak gampang ditemukan dan diambil paksa.

Di beberapa tempat saya melihat orang memasang CCTV, tetapi DVR-nya ditaruh begitu saja di tempat terbuka yang gampang ditemukan. Biasanya, ditaruh di dekat TV monitornya. Kalau penjahatnya masuk, kemudian membawa pergi, atau merusak DVR itu, maka semua pemasangan CCTV itu bakal sia-sia.

Gerombolan orang tak dikenal yang menyerang Lapas II B di Cebongan, Sleman, DI Yogyakarta, dan menembak mati empat tahanan di dalamnya, pada Sabtu dini hari (23/03/2013) itu pasti bukan orang-orang sembarangan. Selain teknik penyerangannya yang sangat cepat dan akurat (hanya 15 menit), mereka juga sangat paham dengan sistem pengamanan yang ada di sana. Termasuk dengan keberadaan CCTV.

Kalau amatiran, mungkin mereka hanya merusak kamera CCTV-nya. Hal itu percuma, karena meskipun kameranya dirusak semua kegiatan sebelum itu telah terekam di DVR.

Yang dilakukan oleh gerombolan penyerang itu adalah memaksa petugas sipir untuk menunjukkan ruang Kepala Lapas di Lantai II yang merupakan tempat penyimpanan DVR CCTV di lapas tersebut.

“Karena petugas sipir tidak bisa menunjukkan kunci, maka ruang Kepala Lapas didobrak dan mereka kemudian mencari alat perekam CCTV,” kata Kepala Lapas Sleman Sukamto Harto, Sabtu (23/03) di Sleman (Kompas.com).
Menurut Sukamto hanya dirinya yang tahu di mana DVR itu disimpan. Tetapi, rupanya para penyerang itu bisa menemukannya.

Setelah mendobrak ruang Kepala Lapas itu, mereka kemudian mengambil DVR CCTV tersebut beserta dua buah monitor. Sebuah kamera di ruangan portit dirusak.

Dilihat dari penuturan Kepala Lapas Sleman itu, kelihatannya cara penyimpanan DVR di Lapas itu juga termasuk ceroboh. Meskipun Kepala Lapas mengatakan bahwa hanya dia saja yang tahu di mana DVR itu disimpan, tetapi orang gampang menduga di mana alat perekam tersebut ada. Tentu dugaan yang pertama adalah di ruang monitornya. Di mana ruang monitornya, biasanya, ya, di ruang Kepala Lapas.

Sama dengan seperti yang saya sebutkan di atas. DVR di lapas Sleman itu pun ditaruh di tempat yang gampang diduga/ditemukan, dan diletakkan juga begitu saja di dekat TV monitor. Dalam hal ini di ruang kerja Kepala Lapas tersebut. Meskipun ruang kerja itu dikunci, tentu saja itu sama sekali bukan halangan para penjahat itu untuk mendobraknya.

Seharusnya di lokasi-lokasi seperti di Lapas itu tempat penyimpanan DVR CCTV diletakkan sedemikian rupa di lokasi yang tak terduga, ditambah dengan pengamannya. Seperti ditaruh di dalam teralis besi rapat, yang sulit untuk dijangkau dan dirusak. Atau lebih bagus lagi kalau DVR-nya disimpan di lokasi gedung yang berbeda, di luar Lapas.

Semoga kejadian di Lapas Sleman ini bisa menjadi pembelajaran dalam mengamankan alat perekam CCTV (DVR) itu. ***

http://m.kompasiana.com/post/hankam/2013/03/27/pembelajaran-dari-kasus-lapas-sleman-di-mana-dvr-cctv-itu-seharusnya-diletakkan/

Pembelajaran dari Kasus Lapas Sleman: Di Mana DVR CCTV Itu Seharusnya Diletakkan?

Oleh: Daniel H.t. | 27 March 2013 | 16:48 WIB

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 1494 orang, minggu ini: 3519 orang, bulan ini: 24710 orang, total semuanya: 761478 orang
, ,Mozilla/5.0 AppleWebKit/537.36 (KHTML, like Gecko; compatible; ClaudeBot/1.0; +claudebot@anthropic.com)