Pair of Vintage Old School Fru
HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :761784

Create a site without programming272Mozilla
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Misteri Gunung Dieng

Sebuah koran lokal pada hari Rabu (13/3) ini memuat berita tentang ancaman gas beracun dari kawah Timbang di Gunung Dieng menjadi kepala beritanya. Kawah yang beralamat di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, mulai meningkat aktivitasnya pada awal tahun ini. Dan hal tersebut semakin menjadi-jadi dengan ditandai adanya gempa vulkanik seminggu yang lalu.

Selain terjadi gempa, aktivitas Gunung Dieng disertai juga dengan kemunculan “monster” pembuat horor di kawasan Dieng yakni gas beracun CO2. Walaupun minggu lalu sang monster telah memangsa korban berupa seekor kucing hutan dan seekor marmut “percobaan”, namun kejadian horor itu rupanya tidak lantas membuat masyarakat waspada.

Pada hari Selasa (13/3) kemarin nyaris terjadi korban manusia ketika seseorang yang nekat mendekati kawah dengan mengendarai mobil, hampir saja menghirup gas beracun jika saja dia tidak berlari menjauh dari mobilnya yang tiba-tiba mati mesin. Dikabarkan orang tersebut bisa selamat karena dia berlari sambil menahan napasnya.

Tragedi Sinila 1979

Sekedar mengingatkan kembali, pada tanggal 20 Februari 1979 pagi, kawah Sinila di Desa Dieng Wetan meletus dan menimbulkan gempa. Karena panik, ratusan warga lari berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Tapi nahas, alih-alih selamat, sebanyak 149 orang meninggal karena menghirup gas beracun CO2 yang keluar dari sarangnya di kawah Timbang, tetangga dekat kawah Sinila. Gas tersebut keluar dari kawah Timbang karena terpicu letusan kawah Sinila.

Tragedi Musnahnya Dusun Legetang 1955

Sampai saat ini, dataran tinggi Dieng merupakan kawasan yang masih labil. Otoritas yang berwenang pun telah menyebarkan peringatan tentang hal tersebut. Di wilayah yang sejatinya merupakan kaldera raksasa ini dapat saja terjadi pergerakan tanah yang tiba-tiba, baik itu merekah maupun longsor.

Rekan-rekan Kompasianer mungkin ada yang belum mendengar cerita tentang sebuah dusun yang hilang karena “ketiban gunung”.

Pada tengah malam tanggal 16 April 1955, menjelang pergantian hari, Dusun Legetang yang masuk dalam wilayah administrasi Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Banjarnegara, tiba-tiba lenyap dari permukaan bumi. Penyebabnya adalah potongan puncak gunung/bukit Pengamun-amun yang beberapa minggu sebelumnya telah terlihat retakannya, pada malam yang dingin itu bongkahan tanah berukuran raksasa tersebut tiba-tiba “terbang” dan berpindah ke lembah dimana Dusun Legetang berada.

Sebanyak 332 jiwa penduduk Dusun Legetang dan 19 orang dari desa-desa tetangga yang tengah berkunjung ke dusun tersebut ikut tertimbun dan dianggap meninggal. Beredar cerita tentang kondisi sosial masyarakat dusun yang sebagian besar berperilaku kurang terpuji, yang mengingatkan orang akan kaum Sodom Gomorah yang dihukum Tuhan dengan cara yang kurang lebih sama.

Yang sangat aneh dan menjadi misteri adalah, mengapa kawasan antara kaki gunung dan perbatasan Dusun Legetang yang berjarak beberapa ratus meter (jurang dan sungai), tidak ikut tertimbun. Terbangkah bongkahan longsoran gunung Pengamun-amun itu? Wallahualam.

Berbahaya Namun Tetap Cantik

Meskipun dataran tinggi Dieng menyimpan begitu banyak potensi bahaya, namun kawasan tersebut tetaplah daerah yang menarik untuk dikunjungi karena keindahan alamnya. Wisatawan tetap dapat berkunjung dengan aman dan tenang sepanjang mereka bersedia mematuhi peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pihak-pihak berwenang. Saya pernah berlibur selama seminggu di kawasan Dieng, berjalan-jalan ke kawah-kawah dan pelosok bukit, dan alhamdulillah aman-aman saja. Tetap menyenangkan asalkan kita selalu waspada.

http://m.kompasiana.com/post/jalan-jalan/2013/03/13/horor-dieng-itu-nyata-adanya/

Horor Dieng Itu Nyata Adanya

Oleh: Kandar Tjakrawerdaja | 13 March 2013 | 14:35 WIB

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 272 orang, minggu ini: 3825 orang, bulan ini: 272 orang, total semuanya: 761784 orang
, ,Mozilla/5.0 AppleWebKit/537.36 (KHTML, like Gecko; compatible; ClaudeBot/1.0; +claudebot@anthropic.com)