80s toys - Atari. I still have
HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :761614
United StatesUnited States
Wap builder102Mozilla
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Cerita Barang Buatan Indonesia di Luar Negeri

Sekitar November 2011, kami pergi ke Manchester untuk acara pengajian masyarakat Indonesia. Kebetulan juga saya berjanji ke anak pertama untuk pergi ke Old Trafford, markas Manchester United. Anak pertama saya memang sedang menggandrungi tim dari Manchester itu.

Sebelum ke pengajian, kami mampir dulu ke Old Trafford untuk memenuhi keinginan anak pertama. Supaya dia lega, kami juga mengikutkan dia ikut dalam tour. Sementara saya, suami dan dua anak lainnya tidak ikut tur. Kalau saya memang tidak suka bola, sementara suami saya tidak menggandrungi MU.

Sambil menunggu anak saya keluar dari tour kami menuju ke Megastore, tempat akhir tour pengunjung, untuk mencari souvenir.

Lihat harganya, mulai keluar ‘pelit’ saya dan lebih baik menunggu anak saya keluar biar dia yang memutuskan mau beli souvenir apa. Sambil menunggu, saya lihat-lihat kaos bola.

Ketika menunggu itu kemudian saya jadi teringat, dulu sebelum berangkat anak saya pernah dibelikan ayahnya jersey MU dan Timnas Inggris di Sport Direct, toko olahraga di Inggris. Tapi di label kaos bola Red Devil dan tim Three Lion itu tertulis jelas, made in Indonesia. Ya, ternyata kaos bola MU dan timnas Inggris yang dijual di toko peralatan olah raga yang terkenal di Inggris itu dibuat di Indonesia.

Kecewa? Iya. Bukan karena made in Indonesia. Tetapi lebih karena merasa eman belinya jauh-jauh di Inggris. Tahu begitu beli di Indonesia saja dapat banyak. Maksudnya beli di pasar.

Kembali ke Megastore di markasnya Red Devil. Setelah teringat kejadian itu, saya jadi ingin tahu apakah kaos-kaos yang dipajang di Megastore itu buatan Indonesia atau bukan.

Waktu itu ada tiga warna kaos yang dipajang. Warna merah, biru dan hijau. Saya cek kaos warna biru, ternyata benar, ada tulisan “Made in Indonesia”. Kemudian saya lihat juga kaos warna merah, ternyata sama. Nama Indonesia disebut sepuluh kali dalam sepuluh bahasa. Ya, tulisan-tulisan itu maksudnya Made in Indonesia.

Bangga? Antara bangga dan tidak. Bangga karena nama Indonesia, meski kecil dan tidak terlihat, nampang di Megastore stadion milik tim sepak bola ternama di Inggris yang pastinya dikunjungi oleh orang dari seantero dunia. Namun ada tidak bahagianya, karena kita hanya produksi saja. Sementara pemilik merk bukan Indonesia.
–ooOoo–

Beberapa waktu lalu kami ke toko sepatu ternama yang katanya harganya tidak telalu melangit, namanya Sport Direct. Kami cari-cari sepatu yang kami inginkan. Setelah dapat sepatu, sambil menunggu sepatunya datang kami melihat-lihat sepatu lainnya.

Saya iseng-iseng lihat sepatu Nike karena kabarnya sepatu Nike itu dibuat oleh pengrajin di Surabaya/Sidoarjo. Ternyata benar. Sebagian besar sepatu Nike yang dijual di SportDirect dibuat di Indonesia. Tetapi harganya juga bukan harga Indonesia, tetapi harga Inggris yang jika dikurskan rupiah tidak lagi cocok dengan isi kantong saya.

–ooOoo–

Beberapa bulan lalu, ketika saya akan pulang ke Indonesia, ada teman yang minta dibelikan jaket dari Inggris. Ya, bagi beberapa orang, oleh-oleh barang dari luar negeri sepertinya menjadi suatu kebanggan tersendiri.

Tetapi demi teman, saya penuhi saja meski sebenarnya agak bingung. Kenapa bingung? Setahu saya, produk-produk pakaian di Inggris diproduksi di luar Inggris. Seperti Cina, Banglades, India, Pakistan, Srilanka dan Indonesia. Saya coba komunikasikan dengan teman saya masalah ini. Ternyata tidak mau yang made-in negara-negara itu. Maunya produk yang dibuat di Eropa atau Inggris sendiri.

Saya sendiri bukan termasuk orang yang mengejar merk atau buatan mana. Asal cocok model dan bahannya kira-kira awet dan yang jelas harganya nyambung dengan kantong langsung saja dibeli. Karena tidak suka merk, sampai sekarang pun tidak tahu merk baju apa yang biasanya diproduksi di Eropa atau Inggris.

Untuk mencarinya berarti harus memasuki beberapa toko.

Dari hasil penelusuran, ternyata banyak barang yang dibuat di Cina, India, Bangladesh, Srilanka dan Pakistan. Saya lihat produknya juga tidak bagus-bagus amat. Harganya? Orang Jawa bilang, “Ono rego ono rupo” (ada harga ada rupa). Ya, kalau saya lihat, barangnya tidak terlalu bagus. Jadi mending tidak saya beli. Bagi saya, mending menggunakan barang buatan Indonesia daripada menggunakannya.

Kemudian saya coba masuk ke dalam Bull Ring, salah satu mall di Birmingham. Beberapa kali saya lewat di dalamnya memang saya lihat ada beberapa butik yang sepertinya menggunakan nama-nama yang sudah terkenal (saya lupa dan memang tidak menghafal nama merek terkenal). Saya coba masuk. Memang ada jaket yang buatan Eropa. Saya lihat bahannya juga bagus. Saya sendiri juga suka barang itu. Tapi begitu melihat harga yang 120-an pound, sepertinya sayang kalau duit digunakan untuk membeli barang itu. Kemudian saya memutuskan mencari barang lain.

Setelah putar-putar ternyata tidak menemukan barang yang pas. Akhirnya saya memutusan untuk pulang saja. Mengingat anak-anak sudah bosan.

Ketika akan keluar dari City Centre, saya melihat toko baju bertuliskan Zara. Saya jadi ingin masuk ke toko itu. Dari pintu masuk sudah terlihat coat-coat wanita. Sepertinya sesuai dengan yang diinginkan teman saya. Saya tertarik untuk melihat. Melihat barangnya dan harganya tentunya.

Saya lihat-lihat sepertinya cocok juga dan harganya sepertiya juga sesuai dengan yang diminta teman saya. Melihat harga murah saya jadi tertarik produk itu dibuat dimana. Mata saya langsung berbinar, ya Made in Indonesia. Wah, berarti peburuan saya belum selesai.

Tapi saya sudah benar-benar menyerah. Maklum tidak hobi belanja pakaian jadi belanja sebentar sudah bosan. Akhirnya saya punya ide untuk menghubungi teman saya di Indonesia. Ya, merayunya supaya mau produk itu. Saya bandingkan dengan coat-coat yang lain, memang barangnya lebih bagus dan harganya sangat memuaskan alias tidak mahal-mahal sekali.
Akhirnya teman saya mau juga yang berarti pengembaraan mencari coat sudah selesai.
–ooOoo–
Perusahaan yang bermarkas di Amerika ini, menurut sumber di sini mulai merambah Indonesia tahun 1988. Sebelumnya, Nike sudah beroperasi di Taiwan dan Korea setelah mereka gagal berproduksi di Amerika.
Untuk produk-produk Nike yang diproduksi di Indonesia memang kemudian banyak dipajang di Megastrore di Old Trafford. Mengapa Nike yang diproduksi di Indonesia yang dipajang di Old Trafford? Menurut sumber di sini, produk Nike dari industri di Indonesia yang paling bagus.
Bangga? Tentu saja bangga.
Tetapi ada berita dukanya, karena ternyata perusahaan yang memilik 171 ribu buruh di Indonesia menurut sumber di sini dan di sini dibayar murah. Mengenaskan? Jelas. Apalagi jika mendengar kabar Nike mendapat untung besar dari penjualan produknya (sumber tahun 2010 di sini, tahun 2011 di sini). Semakin miris karena keuntungan itu didapat tidak hanya karena semakin lakunya produk Nike, tetapi karena penerapan gaji yang rendah sementara bahan baku dan hasilnya unggul (sumber di sini).
Masih tetap bangga? Tentu saja tidak. Lebih baik menggunakan produk yang dibuat di dalam negeri dengan menggunakan merk dalam negeri.
Apakah ada? Mungkin lebih baik kita lihat dulu produk Zara.
Sama halnya dengan Nike, menurut sumber ini produk Zara ternyata diproduksi di Sukoharjo. Ya, Sukoharjo di Jawa Tengah, tetangganya Solo.
Dilihat dari namanya, PT Sritex atau PT Sri Rejeki Isman adalah perusahaan milik orang Indonesia. Perusahaan ini awalnya industri kecil yang memproduksi kain uantuk dipasarkan di Pasar Klewer. Tetapi kemudian perusahaan ini bisa berkembang pesat dan menerma pesanan dari berbagai negara. Perusahaan yang dikenal telah memproduksi seragam militer 16 negara juga menerima pesanan dari beberapa perusahaan busana seperti Zara.
Zara, perusahaan milik Amancio Ortega yang berkebangsaan Spanyol ini menurut sumber ini juga meraup laba yang besar atas produk-produknya. Sayang tidak banyak yang tahu bahwa kesuksesan perusahaan busana ini juga didukung oleh hasil karya anak Indonesia.

Kita pantas berbangga terhadap Sritex yang memasok bahan baku (kain) ke luar negeri. Tapi sayang, merk Sritexnya tidak nampak, meski jelas di setiap produk Zara yang dibuat di Indonesia ditulis “Zara Made in Indonesia”.

Ini menunjukkan bahan baku yang kita miliki memang berkualitas bagus.

Jika perusahaan luar mengincar bahan baku kita, tidaklah mustahil bila kita bisa membuat produk itu sendiri di tanah air. Sehingga keuntungan tidak akan lari ke luar negeri. Melainkan dinikmati oleh anak negeri sendiri.


Bacaan lain: Surabaya Post Online, Pakaian dan Sepatu RI Berkelas Dunia

Tulisan ini terinspirasi artikel Pak Yustinus Sapto Hardjanto: Negeri Konsumen Kronis

http://m.kompasiana.com/post/bisnis/2013/03/13/menikmati-barang-buatan-indonesia-di-inggris/

Menikmati Barang Buatan Indonesia di Inggris

Oleh: Septin Puji Astuti | 13 March 2013 | 05:31 WIB

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 102 orang, minggu ini: 3655 orang, bulan ini: 102 orang, total semuanya: 761614 orang
, United StatesUnited States,Mozilla/5.0 AppleWebKit/537.36 (KHTML, like Gecko; compatible; ClaudeBot/1.0; +claudebot@anthropic.com)