XtGem Forum catalog
HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :761655
United StatesUnited States
Mobile site builder free143Mozilla
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Tags: Agama, Unik

Cara Pemilhan Paus Baru

Sejak Paus Benedictus mengumumkan pengunduran dirinya pada tanggal 11 Februari silam, umat Katolik seluruh dunia harap-harap cemas menanti Paus berikutnya. Pengunduran Paus Benedictus yang secara resmi berlaku efektif sejak 28 Februari itu membuat banyak orang berusaha menerka-nerka siapa yang layak dan pantas memangku jabatan primat uskup itu. Usaha untuk menerka-nerka itu sah-sah saja.

Rupanya, banyak orang tidak tahu bagaimana proses pemilihan seorang Paus. Pemilihan seorang Paus adalah peristiwa unik yang menarik untuk disimak. Dalam tradisi Gereja Katolik, sidang untuk memilih Paus disebut sidang konklav. Terhitung sejak berlaku secara resmi pengunduran diri Paus Benedictus pada tanggal 28 Februari silam, kepemimpinan Gereja Katolik mengalami sede vacante atau tahta lowong. Pada masa tahta lowong inilah sidang konklav diadakan. Untuk sidang pemilihan paus pengganti Paus Benedictus, diadakan mulai 12 Maret 2013. Ketika sidang konklav berlangsung, mata semua orang akan tertuju pada cerobong asap di kapel Sixtina. Umat katolik menanti-nantikan asap yang berwarna putih sebagai tanda telah dipilihnya seorang Paus yang baru.

Kelihatannya sederhana. Tetapi tidaklah demikian dalam prakteknya. Sidang konklav diikuti oleh semua kardinal di seluruh dunia yang berusia di bawah 80 tahun. Sidang ini dimulai dengan sebuah perayaan Ekaristi Pro Eligendo Romano Pontifice atau Misa pemilihan Paus Roma. Ekaristi pembuka ini diikuti oleh semua kardinal pemilih dan juga terbuka untuk seluruh umat katolik. Perayaan Ekaristi ini akan dipimpin oleh Kardinal Angelo Sodano, pemimpin kolegium para Kardinal. Perayaan Ekaristi ini diadakan di Basilika Santo Petrus, Vatikan.

12 Maret sore, pada kardinal pemilih akan berkumpul di Kapel Paulina untuk kemudian berarak menuju ke tempat sidang konklav akan berlangsung, yaitu di Kapel Sixtina. Kapel ini berada di tengah-tengah bangunan Vatikan. Dengan berpakaian serba merah, para kardinal berprosesi dengan dikawal oleh para tentara Swiss dan polisi Italia. Pengawalan ini dimaksudkan untuk menjaga supaya tidak ada kontak dengan pihak luar.

Di sinilah letak keunikan sidang konklav. Selama sidang, para kardinal pemilih tidak diperkenankan menjali komunikasi dengan pihak luar. Selama sidang, para kardinal pemilih benar-benar dalam kesendirian dan melayani diri mereka sendiri. Segala bentuk sarana prasarana yang membantu komunikasi disingkirkan. Hal ini untuk menjamin kenetralan dari para kardinal pemilih. Tidak adanya komunikasi dari luar menjadi cara untuk menghindari adanya campur tangan pihak luar.

Setelah segala syarat awal terpenuhi, dimulailah sidang konklav. Di awal konklav, Kardinal Kepala Kollegium memilih tiga Kardinal termuda sebagai tenaga-tenaga pelancar selama konklav. Hari pertama atau Selasa malam, hanya diadakan sekali putaran. Selanjutnya, diadakan empat kali putaran dengan pembagian dua putaran di pagi hari dan dua putaran di sore hari.

Ada pun tata cara pemilihan dengan memilih langsung. Para kardinal pemilih akan diberi selembar kertas bertuliskan bahasa Latin: Eligo in Sumum Pontificem Meum, artinya: Saya memilih Pemimpin Tertinggiku. Di bawahnya terdapat ruangan untuk menulis nama orang yang ingin dipilih.

Setelah semua Kardinal memilih, mereka diminta untuk beranjak dari tempat duduknya menuju Altar, di mana sudah disediakan sebuah tempayan atau piala. Inilah tempat yang akan digunakan para kardinal memasukan kertas suara mereka. Mereka dipanggil menurut pangkat dan jabatan.

Untuk konklav kali ini, berbasis pada motu proprio Paus Benediktus XVI yang melengkapi peraturan konklav dari pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II, seandainya seorang calon terpilih dengan mayoritas 77 suara, artinya duapertiga dari jumlah seluruh pemilih, maka dengan itu seorang Paus sudah terpilih. Jika belum ada minimal mayoritas duapertiga,maka pemilihan akan dilanjutkan ke putaran berikutnya. Akan tetapi jika lebih dari putaran ke-30 dan belum juga terpilih seorang Paus, maka, sesuai motu proprio Paus Benedictus tahun 2007, dua kandidat dengan perolehan suara terbanyak, akan dipilih oleh para Kardinal. Dua kandidat ini otomatis kehilangan hak memilih.

Di akhir sebuah putaran, kertas-kertas yang sudah terbuka akan dilobangkan dengan sebuah jarum lalu dibariskan pada seutas benang lalu dimasukan ke dalam oven untuk dibakar. Kalau putaran tersebut belum menghasilkan seorang Paus, maka kertas-kertas itu dibakar dengan campuran zat kimia yang menghasilkan asap warna hitam. Hal ini memberikan isyarat kepada umat Katolik seluruh dunia bahwa Paus belum terpilih.

Seandainya seorang Paus sudah terpilih, maka Kardinal Dekan menanyakan kepada yang bersangkutan: apakah dia menerima pemilihan tersebut. Ketika dia menjawab YA sebagai tanda kesediaannya, maka kepadanya dilontarkan pertanyaan kedua: Apa nama yang digunakan sebagai Paus. Setelah memberikan jawaban kepada kedua pertanyaan ini dengan jelas, Paus baru dikenakan sebuah tanda khusus berupa sebuah pakaian kebesaran.

Setelah mengenakan pakaian khusus ini, Paus terpilih beranjak dari tempatnya menuju ke Altar. Di hadapannya para Kardinal akan mengucapkan janji setia dan ketaatan mereka kepada Paus terpilih. Setelah itu semua bertepuk tangan dan mengucapkan selamat kepada Paus terpilih.

Pada saat itu pengurus pembakaran kertas pilihan memasukkan kertas-kertas yang sudah dideretkan pada seutas tali dan dibakar dengan campuran kimia yang menghasilkan asap warna putih, sebagai tanda bahwa Gereja Katolik sudah memiliki seorang Paus. Keluarnya asap putih dari cerobong di atas atap Kapela Sixtina akan diiringi dengan bunyi lonceng raksasa.

Setelah itu, proses perkenalan kepada umat dilakukan dengan berbagai prosesinya. Perkenalan itu sekaligus untuk menunjukkan hadirnya seorang pemimpin baru bagi Gereja Katolik.

Kini, seluruh umat Katolik menanti-nanti hadirnya gembala baru setelah mundurnya Paus Benedictus karena alasan usia dan kesehatanAtas rahmat Allah, ke 115 kardinal akan mengadakan sidang konklav. Di tangan para kardinal itulah

kepemimpinan Gereja akan dilanjutkan. Seraya menanti-nanti hadirnya pemimpin baru, aneka bentuk doa sewajarnya dipanjatkan seraya memohon campur tangan Allah melalui para kardinal. Allah yang telah memulai pekerjaan baik di antara kita, Ia pula yang akan menyelesaikannya

The Next Pope?

Oleh: Yswitopr | 11 March 2013 | 22:16 WIB

http://m.kompasiana.com/post/luar-negeri/2013/03/11/the-next-pope/

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 143 orang, minggu ini: 3696 orang, bulan ini: 143 orang, total semuanya: 761655 orang
, United StatesUnited States,Mozilla/5.0 AppleWebKit/537.36 (KHTML, like Gecko; compatible; ClaudeBot/1.0; +claudebot@anthropic.com)