HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :372454
United StatesUnited States
Visit XtGem.com489Unknown
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Apa itu Keminter?

“Jadilah manusia yang pinter, tapi jangan sekali-kali berlaku keminter, dan waspada agar tidak keblinger!”. Itulah nasehat Bapa, saat saya akan mulai menginjak bangku perguruan tinggi, sembilan tahun lalu. Pepatah itu masih saja terpatri dalam hati saya hingga kini.

Pinter, keminter dan pinter keblinger! Ketiga kata tersebut sering saya dengar dalam percakapan sehari-hari. Namun waktu itu, saya belum bisa memilah maknanya. Seiring bertambahnya usia, ilmu dan pengalaman menjadi modal pengetahuan. Saya coba mengartikannya ketiga kata itu sesederhana mungkin. Pinter berarti pandai, cerdas, terpelajar, arif dan bijaksana. Keminter berarti belagak so’ pandai. Sementara pinter keblinger artinya keliru atau tersesat oleh karena merasa pandai.

Orang pinter akan dihormati orang lain. Tapi, bila orang pinter bertingkah keminter, akan timbul rasa muak bagi orang lain. Saat orang yang merasa pinter melakukan tindakan salah, ia akan keblinger, dan jadi bahan cemoohan orang sekitar.

Kapan seseorang dianggap keminter? Kalau orang tersebut dalam pandangan orang lain telah berbicara atau bertindak melebihi kemampuan yang dimilikinya. Dalam keadaan seperti itu, orang yang keminter serasa menggurui. Orang keminter ini sering saya temui, baik di warung kopi, terminal, ruang kelas, pas acara seminar atau diskusi, saat mendengar orasi, pun ocehan atasan di kantor.

Sebagai contoh, saya sering dengar orang berbicara dengan menggunakan istilah-istilah yang hebat. Tetapi kalimat yang mereka susun tidak sepadan kehebatannya dengan istilah yang mereka gunakan. Kualitas berpikir yang mendasari argumen tersebut juga tidak setara. Tingkah laku seperti itu menimbulkan kesan keminter.

Pada kondisi seperti itu, sungguh saya merasa muak, sebab saya merasakan adanya pelecehan terhadap konsepsi hebat, yang lahir dari pemikiran mendalam, tapi digunakan oleh orang yang berpikir pas-pasan. Kesan keminter ini akan lebih kuat lagi kalau wacana yang mengadopsi istilah besar itu digunakan dengan “bahasa gado-gado”, yaitu bahasa Indonesia yang tidak sempurna, disisipi istilah asing, yang cara pengucapannya saja sudah salah.

Sekarang, apa contoh situasi pinter keblinger? Contohnya banyak sekali. Diantara ramalan yang dibuat orang pinter ternyata banyak juga yang meleset. Ramalan tentang kedatangan “Ratu Adil” sampai sekarang ternyata tidak ada yang terwujud. Contoh paling mencolok di negara kita ini ialah keputusan untuk meminjam utang luar negeri sebagai modal untuk membangun bangsa. Namun pada kenyataannya, uang tersebut malah raib ditelan oleh para koruptor.

Perlu kita catat dan dijadikan contoh juga, ramalan tentang bencana yang menimpa bangsa Indonesia, karena banyak dosa yang telah kita perbuat. Memang benar kita telah tertimpa berbagai bencana; Merapi meletus, Mentawai gempa dan tsunami, air bah Waisor, banjir Jakarta, terendamnya Bandung, lumpur Lapindo, tabrakan kereta, kapal jatuh, dan rentetan bencana lainnya. Tetapi itu bukan karena kita telah banyak berdosa, melainkan karena kita terus-menerus membuat kesalahan.

Segenap malapetaka yang kita alami ini, saya kira adalah evidensi yang jelas salah tentang keputusan yang kita ambil pada masa lalu. Sukar untuk dipungkiri, bahwa kita sebagai bangsa telah keblinger; bahwa di masa lampau kita telah bertindak ceroboh, yaitu mengambil keputusan salah, padahal telah diketahui dampak yang akan ditimbulkannya. Keputusan tertentu telah kita ambil secara membabi-buta, termasuk masalah lingkungan. Bukannya mencegah terjadinya malapetaka yang mungkin akan timbul dari suatu keputusan jauh lebih penting daripada meredam malapetaka yang timbul oleh keputusan tadi?

Pada akhirnya, dapatkah kita sebagai bangsa memetik pelajaran dari keblingeran kita selama ini? Dapatkah kita mengembangkan diri sebagai bangsa yang pinter, tetapi tidak keminter, dan berusaha untuk mengambil keputusan secara literate, sehingga kita tidak terjebak dalam keblingeran? Hal yang mudah diucapkan, namun sulit dilakukan, bukan?

http://m.kompasiana.com/post/sosbud/2013/03/12/pinter-keminter-keblinger/

Pinter, Keminter, Keblinger?

Oleh: Faqih Muhammad | 12 March 2013 | 11:17 WIB

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 489 orang, minggu ini: 3425 orang, bulan ini: 14091 orang, total semuanya: 372454 orang
, United StatesUnited States,claudebot

Lamborghini Huracán LP 610-4 t