HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :761532

Landing page builder20Mozilla
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Cara Berkomunikasi Dengan Anak Dalam Masalah Seksualitas

Kita perihatin dengan semakin banyaknya kasus pelecehan/kekerasan seksual yang dialami oleh anak-anak belakangan ini, tahun ke tahun terjadi peeningkatan yang sangat signifikan. Bahkan Arist Merdeka Sirait, ketua umum Komnas Pelindungan Anak (PA) mengakatakan kepada Kompas.com bahwa peristiwa ini seharusnya sudah masuk pada kategori darurat nasional.

Dalam 2 tahun terakhir, peningkatan persentase kekerasan seksual terhadap anak meningkat sangat signifikan, hampir 20%. Data tahun 2010 yang diterima oleh Komnas PA dari 48% dari 2.400 kasus merupakan kekerasan seksual pada anak-anak. Kemudian tahun 2011, terjadi sedikit penurunan menjadi 42% dari 2.508, walaupun menurun tetapi jumlah laporan semakin meningkat. Dan pada tahun 2012, meningkat tajam menjadi 62% dari total 2.637 kasus merupakan kekerasan seksual terhadap anak-anak yang berupa sodomi, pemerkosaan, pencabulan, dan incest. Ini menunjukkan bahwa kekerasan seksual merupakan kejahatan yang paling rentan menimpa anak-anak kita saat ini.

Fakta yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa kebanyakan pelaku kekerasan ini merupakan orang-orang yang dikenal baik oleh korban, bisa guru, tetangga, teman, bahkan saudara atau orang tuanya sendiri. Dan biasanya kekerasan ini baru diketahui setelah korban berkali-kali mengalami tindak kekerasan seksual. Si anak bungkan 1000 bahasa. Apapun alasan si anak untuk bungkam, baik diancam, diperdaya, dipengaruhi, atau alasan-alasan lainnya, kita memang harus akui keterbukaan anak-anak kita untuk berterus terang kepada orang tuanya masih kurang.

Ketidakterbukaan ini menjadi salah satu faktor yang membuat kasus ini semakin lama semakin memprihatinkan. Si pelaku bisa dengan mudah memanfaatkan celah ini untuk melakukan aksinya, bahkan berulang kali tanpa takut akan ketahuan.
Cara yang paling ampuh untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengajarkan anak untuk berbicara secara terbuka. Hal pertama yang perlu diketahui dan disadari oleh orang tua adalah bahwa kekerasan seksual pada anak-anak bisa terjadi dimanapun dan oleh siapapun, baik di dalam rumah maupun di luar. Oleh karena itu orang tua perlu membekali anak-anak pengetahuan mengenai kekerasan seksual ini karena para pakar meyakini bahwa anak-anak yang memiliki pengetahun ini sejak dini akan berpeluang besar mencegah hal ini terjadi pada dirinya.

Jika kita berbicara tentang kesiapan orang tua untuk membicakan masalah ini dengan anak, tidak ada orang tua yang benar-benar merasa siap untuk membicakan masalah ini apalagi budaya kita sendiri yang masih “malu-malu” soal masalah seksualitas. Tetapi perlu diingat bahwa semakin dini anak mengetahui masalah ini semakin besar kesempatan anak untuk terhindar menjadi korban kekejian kekerasan seksual ini. Pembicaran ini tentu saja disesuaikan dengan umur si anak, semakin muda si anak maka semakin sederhana juga cara penjelasannya.

Bagaimana cara melakukannya? Lakukan pembicaraan ini dengan positif. Pilihlah metode-motode pembicaraan sehari-hari yang mirip untuk menjelaskan masalah ini. Misalnya, ketika kita ingin menjelaskan bahaya-bahaya tindak kekerasan seksual, maka kita bisa analogikan dengan pembahasan tentang bahaya ketika menyeberang jalan. Karena pembicaraan mengenai kekerasan seksual ini termasuk yang kurang umum, selalu usahakan untuk menggabungkannya dengan kejadian-kejadian umum yang diketahui anak. Hal ini perlu agar si anak merasa “nyaman” dan “positif” menganai masalah ini. Jadi suatu saat, jika sesuatu yang tidak beras dirasa oleh si anak (mengalami kekerasan seksual), dia akan mudah membicarakannya dengan orang tuanya, sama seperti dengan polosnya si anak berbicara tentang temannya yang dinasehati gurunya karena tidak hati-hati ketika menyeberang jalan.

Orang tua juga perlu membekali anak-anak pengetahuan dasar tentang suksualitas, misalnya seperti organ-organ pribadi. Si anak perlu mengetahui bahwa organ-organ pribadi ini tidak boleh dijamah oleh sembarang orang. Untuk anak laki-laki seperti penis, buah zakar, dan anus sedang untuk anak wanita vagina, dada, dan anus. Dan usahakan untuk selalu menggunakan istilah yang sebenarnya untuk menamai alat kelamin (penis dan vagina). Karena jika kita menggunakan istilah pengganti yang banyak beredar di masyarakat, si anak bisa bingung dan akhirnya enggan dan malu membicarakan masalah ini.

Berkaitan dengan ini, dimulai dari rumah, si anak juga perlu dibekali pengetahuan tentang siapa saja orang dewasa atau seluruh pengguhi rumah yang lebih tua dari si anak yang bisa menjamah organ-organ pribadi si anak tersebut. Misalnya, jika si anak masih biasa dimandikan, maka beritahu si anak bahwa yang bisa menjamah organ pribadinya adalah orang-orang yang biasanya memandikan dan mengganti bajunya, apakah itu si ayah, ibu, nenek, atau pengasuh. Katakan secara jelas kepada anak agar dia tidak bingung.

Jadi, jika suatu hal terjadi pada si anak, misalnya di sekolah, baik guru maupun teman-temannya menjamah bagian pribadinya, si anak akan mengerti bahwa orang lain tersebut tidak benar menjamah organ pribadinya, sehingga si anak bisa terhindar dari kemungkinan terburuk dan terhindar dari kekerasan seksual. Dan si anak juga tidak akan malu lagi ketika membicakan pengalamannya tersebut kepada orang tuanya karena pada awalnya sudah ada diskusi positif antara anak dan orang tua.

Bagi anak yang lebih besar (menjelang remaja atau sudah remaja) bisa membicarakan masalah ini dengan lebih kompleks. Tingkat inteligensi anak yang semakin berkembang memungkinkan tingkat pembicaraan ini. Kita bisa memulai dengan sistem diskusi terbuka dan positif. Positif dalam hal ini berarti jangan langsung memarahi si anak jika jawabannya kurang tepat.

Misalnya, kita bisa membuka pertanyaan kepada si anak seperti berikut, “Anto jika orang lain datang dan mau memberi kamu uang kalau kamu mau berkunjung ke rumahnya, apa yang akan kamu lakukan?” Tunggu jawaban si anak sampai lengkap dan jika jawabannya tidak tepat jangan langsung menghakimi. Hal ini akan membuat si anak takut membicarakannya suatu saat. Jika jawabannya kurang tepat, arahkan si anak menggunakan logika untuk membantu si anak memahami positif dan negatifnya suatu kejadian tersebut. Diskusi seperti ini bisa terus berkembang sampai si anak benar-benar paham situasi dan permasalahannya.

Sebagai tambahan, sangat penting bagi orang tua untuk menyebutkan organ-organ kelamin dengan nama sebenarnya, seperti penis dan vagina dan jangan menggunakan istilah lainnya karena akan membingungan si anak dan juga orang tuanya suatu saat. Misalnya, jika orang tua menggunakan istilah burung untuk menyebutkan penis, suatu saat ketika si anak cerita bahwa dia dan Om X pergi melihat burung, kewaspadaan orang tua mungkin berkurang karena mungkin menganggap istilah burung ini merupakan burung sebenarnya, padahal mungkin saja itu merupakan tanda-tanda awal si anak mengalami kekerasan seksual.
Demikianlah beberapa hal yang bisa saya ceritakan. Semoga bermanfaat dan semoga anak-anak kita bisa tumbuh sehat jasmani dan rohani agar bisa menjadi pemimpin yang handal di masa depan.

Salam sehat jasmani dan rohani.

Sumber Kompas.com, BBC Indonesia, Majalah Nova Edisi Februari 2013

http://m.kompasiana.com/post/seksologi/2013/03/10/biasakan-bicara-terbuka/

Biasakan Bicara Terbuka

Oleh: Ferry Silitonga | 10 March 2013 | 12:12 WIB

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 20 orang, minggu ini: 3573 orang, bulan ini: 20 orang, total semuanya: 761532 orang
, ,Mozilla/5.0 AppleWebKit/537.36 (KHTML, like Gecko; compatible; ClaudeBot/1.0; +claudebot@anthropic.com)

XtGem Forum catalog