XtGem Forum catalog
HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :366008
United StatesUnited States
Wap builder83Unknown
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Fotografi Dengan Kamera Seadanya

Belajar fotografi secara otodidak, memang berbeda jauh dengan mereka yang duduk di bangku sekolahan. Makanya saya menuliskan pengalaman pembelajaran ini sebagai  pelajaran dari kaki lima. Mungkin ada yang setuju atau tidak, tapi memang demikianlah adanya. Ilmu fotografi saya lebih banyak saya dapatkan dari menyusuri jalanan atau kaki lima.

Dari berbagai pengalaman yang saya dapatkan selama lebih dari tigapuluh tahun sebagai fotografer jalanan itu, tidak akan ada teori-teori fotografi jurnalistik yang dapat saya sampaikan pada Anda. Biarlah itu bagiannya orang-orang yang belajar fotografi secara serius di bangku sekolahan, berhadapan dengan guru atau dosen.

Jadi bila Anda menemukan ada pemahaman yang berbeda dari yang didapatkan dari bangku kuliah atau klub fotografi atau pelatihan fotografi yang gratisan atau yang bayarnya jutaan dalam satu sesi, anggap saja pendapat saya itu angin lalu.
Fotografi jurnalistik adalah bagian dari banyak cabang fotografi. Fotografi jurnalistik adalah seni fotografi yang mengkhususkan diri pada pelaporan suatu kejadian melalui peralatan fotografi atau dalam hal ini kamera.

Proses mendapatkan foto yang bernilai jurnalistik itupun bisa dalam berbagai cara. Ada yang didapatkan secara spontan dalam suatu kejadian yang tak terduga. Misalnya kecelakaan lalulintas, dan ada juga yang didapatkan melalui proses yang direncanakan, seperti kegiatan atau acara-acara yang sudah di susun rapi di dalam suatu gedung ataupun di lapangan terbuka.
Lalu apa bedanya fotografi jurnalistik dengan cabang fotografi lainnya?

Sebagaimana dituliskan diatas, Fotografi Jurnailstik adalah foto kejadian atau peristiwa yang bernilai berita, juga berhubungan dengan waktu dan tempat. Memperlihatkan sesuatu kejadian yang menarik perhatian yang menimbulkan tanda tanya, atau bisa juga yang menimbulkan kekaguman. Juga pada umumnya, foto-foto jurnalistik ini berumur pendek dan mudah dilupakan orang. Kecuali sebuah foto kejadian yang nilai beritanya luar biasa, seperti misalnya foto pendaratan Neil Amstrong di bulan atau foto ditabraknya gedung kembar pusat bisnis dunia di New York dengan  pesawat  terbang, sehingga kedua gedung itu rubuh dan hancur.

Sementara banyak cabang fotografi lain yang tidak berhubungan dengan peristiwa, waktu dan tempat. Misalnya fotografi pemandangan, gaya hidup, arsitektur dan lain-lain. Dimana foto-foto tersebut dapat di nikmati dimana saja dan kapan saja, atau menjadi bagian dari interior rumah Anda.
Kamera dan lensa.

Ada yang mengatakan bahwa untuk menjadi fotografer jurnalistik itu harus mempunyai perlengkapan kamera yang cukup, lensa dengan berbagai rentang sudut pandang, lensa sudut lebar, tele pendek, tele menengah dan tele panjang.  Lalu tentu timbul pertanyaan, jadi kalau saya tidak mempuyai semua itu, saya tidak bisa menjadi fotografer jurnalistik atau wartawan foto?
Saya tidak akan membantah semua itu. Tapi selama lebih dari tigapuluh tahun sebagai fotografer, sewaktu masih memakai kamera konvensional dengan memakai film sebagai media penyimpan foto, saya hanya memiliki lensa 28-70mm. Kini, sejak beralih ke kamera digital, saya juga hanya mempunyai satu lensa, yaitu lensa bawaan atau kit saat saya membeli kamera itu 7 tahun yang lalu, yaitu lensa 18-55mm. Hingga kini saya masih nyaman-nyaman saja dengan peralatan yang seadanya itu.

Bukannya saya mengingkari teori, bahwa seorang wartawan foto harus mempunyai peralatan yang super lengkap, tapi kalau kenyataan yang saya punya hanya itu, apakah kreatifitas saya menjadi terpasung? Tiga tahun saya bergabung di Kompasiana dengan aneka reportase bergambar, rasanya sudah cukup untuk mengatakan bahwa kreatifitas saya tak terganggu dengan hanya modal pas-pasan itu.

Ini saya ungkapkan, agar para calon jurnalis foto yang memang berniat untuk terjun kedunia potret memotret ini tidak putus asa dengan apa yang ada. Namun bila seandainya Anda punya cukup uang untuk melengkapi peralatan tambahan kamera Anda kenapa tidak?

Memang, dengan memakai lensa standar, mungkin ada momen-momen tertentu yang tidak bisa kita dapatkan. Tapi apakah kita akan menyesali nasib karena tidak mendapatkan momen tersebut? Kreatifitas, itulah kuncinya. Yang lemah harus cerdik, demikian sebuah pepatah yang saya baca di buku pelajaran saya, sewaktu masih kelas 4 SD di tahun enampuluhan. Dan pepatah itu selalu menemani saya dalam setiap momen kehidupan saya. Dengan segala kekurangan yang saya miliki, saya harus berjuang dengan segala akal yang saya punyai, untuk mendapatkan hasil yang mungkin bagi orang lain hanya seperti membalikkan telapak tangan.

Sebagai ilustrasi dari tulisan ini, saya akan menampilkan foto-foto yang semua diambil dengan kamera yang hanya diperlengkap dengan lensa standar 18-55mm.

Foto ini saya abadikan saat Berkelana di Ranah Minang Desember 2010. Saat itu sebuah Toyota Hardtop terbakar di persimpangan jalan Dobi, Padang.

10 Desember 2010. Sebuah truk terperosok dijalan Lintas Timur Sumatera yang rusak, sehingga menimbulkan kemacetan yang cukup panjang.

Kegembiraan Indonesia saat mengalahkan Vietnam di Semi Final Sea Games 2011.

Kesedihan para supporter Indonesia, saat dikalahkan Malaysia di Final SEA Games 2011

Wajah letih Firdasari di Final Bulutangkis Sea Games 2011

Peluncuran Kompas TV 2011

Demonstrasi karyawan Indosat dan ancaman Kiamat Internet di Bundaran Hotel Indonesia

Trotoar yang dijadikan tempat Parkir Mobil, sehingga pejalan kaki harus menyabung nyawa di tengah keramaian lalu-lintas
Dari beberapa foto diatas, dapat kita saksikan bahwa dengan kamera yang memakai lensa standar pun kita bisa menghasilkan foto jurnalistik. Jadi jangan pernah ragu untuk memulai dan memanfaatkan apapun kamera Anda, walau dengan fasilitas seadanya.
Mempunyai peralatan lengkap itu adalah impian semua fotografer. Tapi dengan peralatan seadanya, Anda juga harus bisa menunjukkan, bahwa Anda bisa mengatasi segala kekurangan itu.

http://m.kompasiana.com/post/edukasi/2013/02/21/fotografi-jurnalistik-pelajaran-dari-kaki-lima/

Fotografi Jurnalistik, Pelajaran dari Kaki Lima

Oleh: Dian Kelana | 21 February 2013 | 04:07 WIB

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 83 orang, minggu ini: 526 orang, bulan ini: 7645 orang, total semuanya: 366008 orang
, United StatesUnited States,claudebot