“Negeri Kanguru”, itulah sebutan untuk negara Australia. Hewan kanguru memang berasal dari negara ini. Binatang berkantong dan bisa berdiri ini tampak lucu sekali dengan ekornya yang panjang. Apalagi kalau si kanguru sedang bertinju, bikin yang melihatnya ketawa-ketiwi, deh.
Tapi, tidak di semua daerah di Australia kanguru bisa ditemukan dengan mudah. Di kota-kota besar, kanguru mungkin hanya bisa dilihat di kebun binatang. Karena itu, jika Anda ingin bertemu langsung dengan kanguru di habitat alaminya, datanglah ke Canberra, ibu kota Australia.
Meskipun namanya “ibu kota”, jangan bayangkan Canberra itu seperti Jakarta yang hiruk-pikuk (seperti saya mengiranya dulu). Saya menyebut Canberra—sebuah kota modern yang sengaja dibangun untuk dijadikan ibu kota Australia—sebagai “ibu kota bernuansa kampung” karena suasananya yang masih sangat alami. Pepohonan (kebanyakan pohon kayu putih, makanan koala—juga binatang khas Australia) masih mendominasi daerah ini karena Canberra dikelilingi oleh Mount Majura, Mount Ainslie, Black Mountain, Mount Taylor, Mount Stromlo, Mount Mugga Mugga, dan beberapa gunung lainnya yang lebih kecil. Wah, banyak juga, ya, gunungnya? Kebayang, kan, bagaimana “ndeso”-nya kota ini?
Kebetulan, waktu masih tinggal di Canberra, saya tinggal di daerah Watson yang sangat dekat dengan Mount Majura, salah satu habitat alami kanguru di Canberra, yang terletak di daerah Hackett. Dari apartemen saya, hanya membutuhkan waktu lima menit bermobil ke Canberra Nature Park Mount Majura. Maka, tak heran jika kanguru dari bukit Majura suka “gentayangan” di halaman rumah orang, lapangan, playground, atau di jalan raya—bahkan tak jarang menyebabkan kecelakaan.
Suatu hari, usai acara ulang tahun putri saya, Brina, beberapa temannya (dan orangtuanya) mengajak kami melihat kanguru. Maka, dengan membawa bekal seadanya dari kue-kue sisa acara ultah, rombongan kecil kami berangkat ke Mount Majura. Sampai di sana, anak-anak langsung mencari ranting kayu untuk dijadikan sebagai “tongkat sakti” untuk memudahkan mendaki Mount Majura.
Mount Majura tidak terlalu tinggi, hanya 888 meter. Dari awal mendaki hingga kembali lagi ke bawah, hanya membutuhkan waktu kira-kira satu jam. Tapi, berhubung rombongan kami kebanyakan adalah anak-anak, jadi rada ribet juga menjaga mereka, terutama saat kami harus melewati jalan yang licin atau terjal. Juga, baru sebentar mendaki, eh, sudah pada minta makan bekal, hehehe.
Lucunya, meskipun sudah sampai ke puncak Mount Majura, kami baru bertemu beberapa ekor kanguru. Anak-anak jelas saja kecewa. Sudah capek-capek mendaki, eh, kangurunya cuma sedikit. Mereka pun sempat kehilangan semangat. Apalagi, ternyata jalan untuk menuruni Mount Majura lumayan terjal dan agak berbahaya dibandingkan dengan jalan saat mendakinya. Kami cukup kerepotan juga.
Setelah bersusah payah turun, akhirnya kami sampai di kaki gunung kembali. Tapi, anak-anak mengeluh kecapekan dan … merengek minta gendong! Terpaksa, para bapak ketiban menggendong anak-anak ini, satu bapak bisa menggendong sampai tiga anak, lho! Hahaha, tobaaat!
Untunglah, belum terlalu lama adegan “Tak Gendong” ini berlangsung, tiba-tiba kami melihat sekawanan kanguru sedang merumput. Semua jadi tertawa geli. “Yaelah, dicariin sampai ke atas, enggak tahunya malah ketemu di bawah sini!” Anak-anak pun jadi bersemangat lagi. Mereka dengan antusias “menonton” tingkah polah kanguru-kanguru tersebut dan tak lupa merekamnya dengan kamera masing-masing.
Kanguru di sini biasanya sudah biasa berdekatan dengan manusia. Paling-paling dia hanya berdiri dan melihat kita beberapa saat, kemudian makan rumput lagi. Tetapi, jika kita sudah terlalu dekat, biasanya dia akan melompat agak menjauh untuk menjaga jarak.
Setelah puas melihat tingkah polah kanguru, kami pun pulang. Tiba-tiba putra saya menyeletuk, “Ma, tadi Sulthan panggil kangurunya pakai bahasa Inggris. Kangaroooo!”
“Iya, kanguru memang bahasa Inggris-nya kangaroo,” ujar saya.
“Bukan karena itu. Kalo Sulthan pake bahasa Indonesia, nanti dia enggak ngerti. Kan, dia kanguru Inggris!”
Hihihi.
Benua Australia merupakan benua terkering di dunia. Di puncak musim panas, biasanya rumput-rumput dan pepohonan akan kering meranggas, tak terkecuali di Mount Majura. Kanguru-kanguru akan sangat kekurangan makanan. Nah, inilah saatnya mereka turun gunung ke halaman rumah-rumah penduduk dan lapangan-lapangan yang rumputnya masih hijau, seperti lapangan sepak bola atau playground. Menjelang senja, dengan berduyun-duyun, kanguru-kanguru ini akan melompat-lompat datang ke lapangan sepak bola untuk merumput. Jumlahnya banyak sekali dan bertambah terus hingga malam hari.
Saya dan keluarga cukup sering menikmati momen seperti ini. Sore hari, biasanya kami pergi ke lapangan untuk bermain bola hingga menjelang senja. Ketika kanguru-kanguru datang, barulah kami berhenti dan beralih menonton tingkah polah hewan lucu yang hobi bertinju ini. Ketika hari semakin gelap, barulah kami pulang untuk menunaikan salat Magrib. Tapi, yang menyebalkan, biasanya si Papa akan “membawa” beberapa butir kotoran kanguru di lipatan bawah celananya ke rumah. Yaiks!
Inilah salah satu momen spesial yang selalu saya rindukan setelah kembali ke tanah air. Canberra, dengan binatang-binatang khasnya yang unik dan bebas lepas, memberi ketenangan tersendiri bagi saya. Jika sedang bersepeda, saya suka sengaja berhenti untuk sekadar menyaksikan sekelompok burung kakaktua putih berjambul kuning, juga burung-burung indah jenis lain mencari makan dengan riuhnya. Atau jika bersepeda di malam hari, saya sering memandang ke atas pohon-pohon kayu putih dan berharap bertemu koala yang sedang memeluk batang pohon atau possum yang berjalan-jalan. Pun, kadang saya iseng melewati lapangan tempat kuda-kuda biasa merumput.
Ah … Canberra memang menakjubkan. Kapan bisa ke Canberra lagi, ya?[]
http://m.kompasiana.com/post/jalan-jalan/2013/02/18/serunya-berburu-kanguru-di-gunung-majura-australia/
Serunya Berburu Kanguru di Gunung Majura, Australia
Oleh: Beby Haryanti Dewi | 18 February 2013 | 11:01 WIB