Pair of Vintage Old School Fru
HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :366120
United StatesUnited States
Free mobile hosting195Unknown
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Sengkuni Dan Anas

Dari sebuah tayangan televisi swasta, Anas Urbaningrum mengaku tengah serius membaca kisah epik Mahabharata dan mempelajari tokoh Sengkuni. Di tengah pertemuan dengan beberapa kader HMI selepas pulang dari Cikeas malam kemarin (8/2), Anas menyinggung lagi kisah perang besar antar-saudara itu dan menekankan untuk membaca soal “Sengkuni”.

Entah benar atau tidak Anas memang sedang getol membaca buku itu atau ini sebagai perlambang paling taktis untuk dicuatkan tentang orang-orang yang mirip “Sengkuni” sedang bicara soal pelengseran dirinya. Siapa dan di mana Sengkuni-Sengkuni itu? Prahara Partai Demokrat pun sudah menjadi sengkarut yang ditengarai melibatkan Sengkuni, para Kurawa, dan para Pandawa.

Sengkuni atau Sangkuni adalah tokoh yang dikisahkan sebagai paman pengasuh para Kurawa dengan sikap sangat menyebalkan sebagai biang kerok dari segala permusuhan. Ia tidak menonjol sebagai tokoh utama, tetapi kelicikannya menjadi picu perang besar yang melibatkan Pandawa versus Kurawa yaitu Bharatayudha–perang selama 18 hari demi kekuasaan. Posisinya sebagai penasihat Duryudana (pemimpin para Kurawa) membuat Sengkuni mampu menancapkan ide-ide permusuhan, salah satunya yang terkenal adalah pertandingan dadu sehingga membuat para Pandawa harus kehilangan kerajaan mereka, Indraprastha.

Ada apa dengan Sengkuni? Sebuah simbolisasi kah bahwa Anas kini tengah menghadapi seorang Sengkuni di tubuh partainya sendiri? Jika Anas memosisikan dirinya sebagai Pandawa, lalu siapa Sengkuni yang dimaksud dalam “peperangan besar” politik yang disebut-sebut sebagai “kekuatan besar” pula. Sebuah sindiran yang keras untuk menyebut lawan Anas adalah para Kurawa yang haus kekuasaan tersebab bujuk rayu Sengkuni. Saya jadi penasaran tentang lakon SBY dalam kisah Mahabharata ini yang sedang dipelajari Anas.

Imajinasi dengan simbolisasi wiracarita ini memang bisa melambung ke mana-mana meski kita tidak dapat mendalami entah mengapa Anas menekankan tokoh Sengkuni sebagai “tokoh idola”-nya untuk diberi tahu kepada publik dan kepada orang-orang terdekatnya sebagai patut dipelajari. Baca Mahabharata dan ayo belajar soal Sengkuni!

Kita tidak menafikan bahwa “Sengkuni” memang ada dalam kehidupan kita, apalagi dalam kehidupan para politikus kini. Setiap orang bisa menjadi Sengkuni dan setiap orang pun bisa mengklaim seseorang itu mirip Sengkuni. Sengkuni adalah biang kerok sekaligus kambing yang benar-benar hitam bagi sebuah picu permusuhan yang melibatkan perang saudara. Dalam kisah Mahabharata, ia tampil seperti orang yang tak berdosa dengan penuh kearifan. Ia memosisikan diri sebagai paman yang baik serta mengayomi para keponakan yang diasuhnya.

“Sengkuni” juga hadir pada wiracarita masa kini. Karena itu, selain membaca Mahabharata, Anas saya sarankan juga membaca Senopati Pamungkas karya Arswendo Atmowiloto dan Nagabumi karya Seno Gumira Adjidarma jika memang sedang memosisikan diri menghadapi perang besar dan hendak menjadi pendekar. Sekalian mempelajari tokoh-tokoh mirip “Sengkuni” di sana dan bagaimana tokoh-tokoh itu dapat dilumpuhkan pada “hari terakhir”–seperti kematian Sengkuni yang mengenaskan di akhir Bharatayudha.

Ayo belajar tentang “Sengkuni”![]

http://m.kompasiana.com/post/politik/2013/02/09/ayo-belajar-tentang-sengkuni/

Ayo Belajar tentang “Sengkuni”

Oleh: Bambang Trim | 09 February 2013 | 08:18 WIB

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 195 orang, minggu ini: 638 orang, bulan ini: 7757 orang, total semuanya: 366120 orang
, United StatesUnited States,claudebot