pacman, rainbows, and roller s
HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :761396

Mobilize your web site1412Mozilla
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Mahasiswa Jurusan Kedokteran Yang Merokok dan Apa Sebabnya

Perilaku merokok merupakan hal yang mudah dijumpai pada masyarakat. Perilaku ini dapat dijumpai di banyak tempat dan situasi, seperti di pasar, jalanan, kendaraan umum bahkan di lembaga-lembaga pendidikan dan kesehatan. Perilaku merokok seolah sudah dianggap biasa dan tidak berbahaya bagi manusia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pernyataannya, Rabu (09/12/2009), menyatakan bahwa setiap tahunnya 5 juta orang meninggal akibat rokok. WHO juga menyebutkan, lebih dari 600 ribu perokok pasif meninggal setiap tahunnya. Selain itu, WHO pun memprediksi bahwa perilaku merokok akan menjadi kebiasaan yang paling berbahaya bagi kesehatan karena akan membunuh lebih dari 6,4 juta orang setiap tahunnya mulai tahun 2015 (bebasrokok.wordpress.com).

Sudah banyak media dan artikel ilmiah yang memberikan informasi mengenai bahaya rokok bagi perokok dan lingkungan sekitarnya, namun masih saja banyak masyarakat menghiraukan peringatan ini. Bahkan, perilaku merokok sudah banyak di lingkungan akademis, seperti kampus atau universitas. Padahal mereka yang berada di lingkungan akademis selayaknya lebih mengerti mengenai informasi bahaya merokok.

Salah satu universitas yang teramati banyak mahasiswanya yang menampilkan perilaku merokok di sekitar kampusnya adalah kampus X di Bandung. Perilaku merokok yang ditampilkan mahasiswa di kampus tersebut dapat kita temui hampir disetiap sudut kampus, mulai dari gerbang hingga ke sudut-sudut tempat mahasiswa berkumpul. Bahkan, perilaku tersebut dapat ditemui pada mahasiswa yang sebetulnya sudah memahami informasi bahaya rokok dan sudah mempelajari mengenai ilmu kesehatan lebih mendalam dibanding mahasiswa lainnya, seperti mahasiswa Fakultas Kedokteran.

Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung adalah salah satu dari lembaga pendidikan yang mengajarkan mahasiswanya mengenai kesehatan, bahkan lembaga tersebut akan melahirkan dokter-dokter baru yang menerapkan ilmu kesehatan itu sendiri di masyarakat. Berdasarkan hasil observasi, terdapat sepuluh mahasiswa kedokteran yang teramati sering berkumpul dan merokok bersama di suatu tempat di dekat kampus. Dari kesepuluh mahasiswa tersebut terdapat empat mahasiswa yang memiliki sikap positif terhadap perilaku merokok dan enam yang lainnya memiliki sikap negatif terhadap perilaku merokok namun masih tetap menampilkan perilaku merokok. Empat dari enam mahasiswa yang bersedia untuk diwawancarai tersebut adalah subjek dari pengkajian ini.

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang kuat antara sikap mahasiswa dengan perilaku aktualnya. Mahasiswa yang memiliki pengetahuan bahaya merokok dan memiliki sikap negatif terhadap perilaku merokok ternyata tidak menampilkan perilaku yang sama sesuai dengan sikapnya, yakni masih menampilkan perilaku merokok. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan menggunakan theory of planned behavior (TPB). Dalam TPB terdapat faktor intensi yang menjadi penghubung antara sikap dan perilaku. Intensi adalah pernyataan individu mengenai niatnya untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi yang kuat akan mengarahkan individu untuk menampilkan perilaku merokok, sedangkan intensi yang lemah akan mengarahkan individu untuk tidak menampilkan perilaku merokok. Kuat-lemahnya intensi tersebut dipengaruhi oleh tiga determinan pembentuknya. Determinan pertama adalah faktor personal secara alami, yaitu sikap terhadap tingkah laku (attitudes toward behavior).

Determinan kedua adalah faktor yang merefleksikan pengaruh sosial, yaitu norma subjektif (subjective norms). Determinan terakhir, yang ketiga, adalah berhubungan dengan kontrol, yaitu persepsi terhadap kontrol tingkah laku (perceived behavior control).

Fenomena diatas menjadi menarik untuk dikaji karena intensi (niat) ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh faktor sikap individu terhadap perilaku tersebut saja melainkan ada faktor lain yang mempengaruhi intensi mahasiswa untuk menampilkan perilaku merokok, yaitu subjective norms dan perceived behavior control.
Attitude toward behavior. Subjek pada pengkajian ini menunjukkan sikap negatif terhadap perilaku merokok, yang mana subjek meyakini dirinya sebagai calon dokter harus mampu memberikan contoh kepada masyarakat mengenai pola hidup yang sehat (behavioral belief), namun dirinya masih menampilkan perilaku merokok. Hal tersebut membuat diri subjek merasa buruk dihadapan umum apabila dirinya terlihat merokok (evaluation outcome).

Subjective norms. Berdasarkan elisitasi belief didapatkan informasi bahwa significant person yang paling mempengaruhi perilaku merokok pada keempat subjek tersebut adalah teman-teman yang juga perokok. Selain teman-teman yang juga perokok, salah seorang dari keempat subjek tersebut menyampaikan bahwa pamannyalah yang juga memberikan pengaruh kepada dirinya untuk merokok, yaitu dengan menawarkan rokok, mengajak merokok bersama dan menjamin subjek bahwa pamannya tidak akan melaporkan perilaku subjek kepada kedua orang tuanya.

Subjek menceritakan bahwa pertama kali mereka merokok adalah saat SMA. Alasan merokok pada saat itu adalah karena ikut-ikutan dan sekedar mencoba. Setelah lulus SMA, mereka sempat berhenti merokok beberapa bulan karena akan kuliah di Fakultas Kedokteran. Awalnya mereka menyangka bahwa mahasiswa kedokteran tidak ada seorang pun yang menampilkan perilaku merokok. Namun, akhirnya mereka kembali merokok setelah mengetahui bahwa ada banyak teman-teman angkatannya yang juga merokok.

Mahasiswa yang merokok di angkatan tersebut sering berkumpul dan merokok bersama saat ada waktu luang atau nongkrong.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, subjek dan teman-temannya tersebut berkumpul dan merokok bersama di suatu tempat dekat kampus dan di tempat-tempat khusus lainnya yang tertutup, seperti di rumah teman yang sudah bebas merokok atau di tempat lain yang tidak terlihat oleh banyak orang. Selain itu, seluruh subjek pun menyatakan bahwa mereka hanya merokok bersama dengan teman-teman yang juga perokok atau sendirian dan bukan di tempat umum.

Perceived behavior control. Keempat subjek pengkajian ini meyakini bahwa dirinyalah yang menentukan akan merokok atau tidak merokok, namun pada kenyataannya mereka tidak mampu mengontrol perilaku merokok pada saat berkumpul dengan teman-temannya yang juga perokok, apalagi bila ditawari rokok, meskipun sebenarnya subjek sedang tidak ingin merokok. Hal ini menunjukkan kontrol yang lemah pada diri subjek dalam perilaku merokok. Selain itu, subjek juga menyampaikan bahwa dirinya merasa terlalu banyak situasi dan lingkungan yang membuat dirinya selalu kembali merokok, yaitu berkumpul dengan teman-teman yang juga perokok atau karena kebanyakan teman dekat yang dimiliki subjek adalah perokok.

Adapun faktor-faktor yang mendukung dan menghambat subjek dalam menampilkan perilaku merokok, antara lain:

1. Saat bersama keluarga (menghambat).

2. Saat bersama dengan kekasih atau teman-teman yang tidak merokok, baik saat santai atau pun belajar bersama (menghambat).

3. Tidak memiliki uang untuk membeli rokok atau tidak memiliki persediaan rokok (menghambat).

4. Saat nongrong dan bersama dengan teman-teman yang juga merokok, baik saat tidak ada kerjaan, makan atau sekedang kumpul (mendukung).

5. Saat bersama dengan paman dan mendapatkan jaminan tidak akan dilaporkan pada kedua orang tuanya bahwa subjek merokok (mendukung).

6. Memiliki persediaan rokok (mendukung).


Berdasarkan uraian diatas, terdapat dinamika dalam pembentukan kekuatan intensi pada mahasiswa dalam menampilkan perilaku merokok.

Determinan pembentuk intensi yang paling memberikan pengaruh pada subjek pertama, kedua, ketiga dan keempat adalah subjective norms, yaitu teman-teman yang juga perokok dan paman subjek (bagi salah satu subjek).

Meskipun keempat subjek tersebut menunjukkan sikap yang negatif terhadap perilaku merokok, keempatnya tetap menampilkan perilaku merokok disebabkan oleh adanya significant person yang mempengaruhi perilaku subjek, yang dalam hal ini adalah teman-teman yang juga perokok dan paman subjek (bagi salah satu subjek). Selain itu, perilaku merokok pada mahasiswa kedokteran tersebut juga dipengaruhi oleh penghayatan subjek mengenai mudah atau sulitnya untuk menampilkan perilaku merokok. Subjek menyampaikan bahwa perilaku merokok sepenuhnya atas kehendak diri subjek, namun data wawancara dan observasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa subjek memiliki kontrol yang lemah pada saat berkumpul dengan teman-temannya yang perokok.

Referensi:

Ajzen, Icek. 1980. Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs

Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior 2nd. Open University Press

www.bebasrokok.wordpress.com, diakses november 2012

www.people.umass.edu/aizen, diakses november 2012

www.who.int/topics/tobacco/en/, diakses november 2012

www.who.int/features/factfiles/tobacco/en/index.html, diakses november 2012
Syuriansyah, Tanfidz. 2013. Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung. Tidak diterbitkan

http://m.kompasiana.com/post/sosbud/2013/02/06/perilaku-merokok-pada-mahasiswa-kedokteran/

Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Kedokteran

Oleh: Tanfidz Syuriansyah | 06 February 2013 | 23:17 WIB

Back to posts
Comments:
[2018-08-09 12:18] AlbertStync :

The men's prostate is central to the part of a male's reproductive :. It secretes fluids that help the transportation and activation of sperm. The men's prostate can be found just while watching rectum, below the bladder and all around the urethra. When there is prostate problem, it is almost always really miserable and inconvenient to the patient as his urinary system is directly affected.

The common prostate medical problems are prostate infection, enlarged prostate and prostate cancer.



Prostate infection, also known as prostatitis, is easily the most common prostate-related problem in men younger than 55 years of age. Infections from the men's prostate are classified into four types - acute bacterial prostatitis, chronic bacterial prostatitis, chronic abacterial prostatitis and prosttodynia.

Acute bacterial prostatitis could be the least common of types of prostate infection. It is caused by bacteria perfectly located at the large intestines or urinary tract. Patients may feel fever, chills, body aches, back pains and urination problems. This condition is treated by using antibiotics or non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs) to alleviate the swelling.

Chronic bacterial prostatitis can be a condition of the particular defect in the gland along with the persistence presence of bacteria inside urinary tract. It can be due to trauma on the urinary tract or by infections received from other parts from the body. A patient may go through testicular pain, spine pains and urination problems. Although it is uncommon, it can be treated by removal of the prostate defect accompanied by the employment antibiotics and NSAIDs to deal with the redness.

Non-bacterial prostatitis is the reason approximately 90% of most prostatitis cases; however, researchers have not to determine the causes of these conditions. Some researchers feel that chronic non-bacterial prostatitis occur as a consequence of unknown infectious agents while other believe intensive exercise and high lifting might cause these infections.

Maintaining a Healthy Prostate

To prevent prostate diseases, a suitable diet is important. These are some of the things you can do to maintain your prostate healthy.

1. Drink sufficient water. Proper hydration is critical for our health and wellbeing and it'll also keep the urinary track clean.

2. Some studies claim that several ejaculations per week will assist to prevent cancer of prostate.

3. Eat pork without excess. It has been shown that consuming greater than four meals of beef per week will raise the likelihood of prostate diseases and cancer.

4. Maintain an appropriate diet with cereals, vegetable and fruits to be sure sufficient intake of nutrients necessary for prostate health.

The most significant measure to consider to make certain a healthy prostate is usually to select regular prostate health screening. If you are forty years and above, you need to opt for prostate examination at least once a year.


UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 1412 orang, minggu ini: 3437 orang, bulan ini: 24628 orang, total semuanya: 761396 orang
, ,Mozilla/5.0 AppleWebKit/537.36 (KHTML, like Gecko; compatible; ClaudeBot/1.0; +claudebot@anthropic.com)