Disneyland 1972 Love the old s
HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :375445

Free mobile page creator3480Unknown
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Ide Gila, dan Orang Gila

Kemarin sepulang dari beraktivitas, saya berkeliling kota bandung sambil menikmati suasana senja menjelang malam. Saat itu kota Bandung baru selesai disirami air hujan yang cukup deras.

Sepanjang perjalanan nampak genangan air di sana sini, banjir terjadi hampir di seluruh badan jalan utama di kota Bandung. Tapi ada satu pemandangan yng membuat saya agak miris adalah tampak di depan emperan sebuah toko sedang duduk seorang wanita dengan pakaian lusuh dan rambut yang acak-acakan. Saya mencoba menepi dan melihat lebih dekat. Astaghfirullahadhim, ternyata wanita muda itu sedang hamil, dan lebih parah lagi ternyata dia bukanlah seorang gepeng. Tapi dia ternyata orang gila yang ditelantarkan keluarganya (ckkkckk, kasian sekali dia).

Saya mencoba mendekatinya dan bertanya kepadanya, “Neng, nami na saha?” tanyaku sambil mencoba berjalan lebih dekat lagi dan mencoba untuk mengambil gambarnya. “Oh, low bat lagi,” geramku sembari mencoba untuk duduk di sampinganya.

“Tati,” jawabnya sembari bergerak menjauhiku.

Mungkin dia takut kali yach ama tampang aku yang agak-agak minus gitu, hehehe.

Karena dia berjalan menjauhi aku, aku pun mengurungkan niat untuk mengejarnya, dan memang sich aku rada takut juga ama dia. Takut ntar dianya malah ngamuk nantinya. Saya pun kembali menaiki tungganganku dan terus berjalan mengelilingi kota. Sepanjang perjalanan saya pun berpikir, siapa yach yang tega menghamili orang gila itu? Sudah sebegitu bejatkah orang Indonesia, sampai-sampai orang gila pun disikat.

Belum jauh dari tempat tadi, saya juga melihat seorang gila yang sedang mengais sisa-sisa makanan di sebuah tempat sampah di pinggiran toko (rasanya makin mbuanyak nich orang gila di Bandung). Dan parahnya lagi sepanjang perjalanan pulang saya itu, saya tidak kurang dari 10 orang gila yang saya temui berkeliaran di jalam-jalan kota Bandung.

Dari kejadian di atas timbul pertanyaan menggelitik dalam hati: Orang gila itu menjadi tanggungan siapa yach? Pemerintah kotakah ? Dinas Sosial atau Dinas Kesehatankah?
Dan saking penasarannya, saya mencoba untuk menghubungi salah seorang teman yang kebetulan bekerja sebagai anggota satpol PP dan sudah cukup berpengaruhlah posisisnya, di kota Bandung. Beliau pun mengakui jumlah orang gila yang berkeliaranan di beberapa ruas jalan di Kota Bandung, memang terdeteksi meningkat sejak bulan-bulan terakhir ini. Peningkatan itu terlihat dari banyaknya orang-orang gila yang wajahnya baru dan asing,” katanya. Beliau juga menduga, bermunculannya orang gila wajah baru ini karena ada yang sengaja membuang. Atau mungkin juga orang gila itu adalah warga Kota Bandung yang baru dilepas keluarganya.

Saya juga menanyakan tentang tangung jawab siapakah orang-orang gila itu? Beliau menjelaskan bahwa “Penanganan orang gila di Bandung sebenarnya tanggung jawab Sub Dinas Sosial. Dan kami hanya membantu. Bahkan beberapa waktu lalu, Satpol PP sering juga menangkap orang gila.

Namun, katanya menangkap orang gila itu tidaklah mudah, karena mereka sering di antara mereka yang galak dan melawan. Dan juga Menurut rekan saya itu, ternyata di Jawa Barat ini pertumbuhan orang gilanya sudah mencapai angka 12 persen dari pertumbuhan orang gila nasional. Jika kira-kira penduduk kota Jawa Barat 20 juta orang, maka itu artinya 1 di antara 4 orang Jawa Barat mengalami gangguan jiwa (waw, fantastis bro).

Dari obrolan saya tadi bersama teman saya itu, ide gilaku muncul, mendingan saya melamar menjadi Caleg kali yach. Program yang akan saya tawarkan adalah menyejahterakan orang gila dan keluarganya. Coba anda bayangkan jika benar datanya ada 12% penduduk Jawa Barat mengalami gangguan jiwa, maka itu artinya ada sekitar 2,4 juta manusia yang akan saya tangani. Tapi masalahnya kan orang gila tidak ikut pemilu. Benar orang gila tidak memilih, tetapi jika saja 1 orang gila bisa ditemukan 1 orang keluarganya yang waras dan punya hak pilih, maka itu artinya konsituen saya sudah pasti tidak kurang dari 2,4 juta orang (iya nggak sich!). Kira-kira cukup nggak yach untuk menjadi wakilnya orang gila di DPR RI.

Dan itu artinya juga saya akan berkantor di Senayan Bro! (bagaimana Menurut anda? Gila nggak ide saya!).

By the way, kemudian pertanyaan lain muncul di benak saya: Jangan-jangan semakin banyaknya orang gila di Bandung ini karena sudah tidak beroperasinya salah satu RS jiwa yang pernah ada di kota Bandung? Jika dugaan saya itu benar, maka sebaiknya Pemkot bandung sudah harus memikirkan untuk kembali membangun sebuah rumah sakit Jiwa di kota ini. Semoga saja hal ini bisa menjadi perhatian Pemkot Bandung kedepannya. Mungkin juga bukan hanya pemerintah kota Bandung saja yang ikut memikirkan orang gila, bisa saja hal ini menjadi maalah nasional. Karena bukankah orang-orang gila itu juga merupakan bagian dari bangsa ini.

Bukankah mereka-mereka itu juga memiliki hak yang sama dengan orang-orang waras? Terus jika memang ounya hak yang sama, kenapa juga yah KOMNAS HAM tidak memperjuangkan hak-hak orang gila?… (ah sudahlah! lama-lama bisa ikut gila juga nich saya,. dihantui dengan beribu pertanyaan gila..hihihihi!) :-D :-)

Akhirnya pesan saya buat PEMKOT BANDUNG:

Masalah orang gila juga hendaknya menjadi perhatian khusus selain masalah jalan berlubang dan banjir, toch orang gila juga adalah warga Bandung khan? Lagi pula nanti jika hal ini tidak di selesaikan, maka takutnya slogan kota Bandung akan berubah nama bukan lagi KOTA KEMBANG tetapi menjadi KOTA ORANG GILA!

Salam :D

http://m.kompasiana.com/post/sosbud/2013/02/06/orang-gila-itu-tanggungan-siapa-pemkotkah-atau-negarakah-/

Orang Gila Itu Tanggungan Siapa? Pemkotkah atau Negarakah?

Oleh: Melvin | 06 February 2013 | 09:55 WIB

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 3480 orang, minggu ini: 6416 orang, bulan ini: 17082 orang, total semuanya: 375445 orang
, ,claudebot