Ring ring
HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :761350

Best free mobile site builders1366Mozilla
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Media Yang Tak Lagi Demokrasi

Terlepas dari pro kontra penangkapan LHI yang menjadi primadona di media masa akhir-akhir ini saya tetap mengapresiasi langkah yang telah di ambil KPK tersebut. Tapi sadar atau tidak ternyata kita semua telah digiring pada masalah yang sebenarnya tak terlalu wah itu. Ya, apa wah nya kasus korupsi 40 Milyar? toh selama ini kita sudah mendengar banyak kasus korupsi yang ngebuat kita menelan ludah pahit bukan?.

Yang paling unik dari kasus LHI ini sebenarnya ada pada si perempuan sexy-nya. Sebuah paradoks ketika seseorang yang di nilai sangat religius ternyata tertangkap oleh KPK sedang mencicipi daging mentah. Bagi saya pribadi, justru disinilah letak sexy nya pemberitaan kasus LHI ini, bukan pada nominal yang dilahap oleh sang presiden PKS ini. Kalau soal nominal malah saya dan teman-teman di daerah pernah mengawal kasus makan uang yang lebih besar, mungkin kompasianer juga pernah mendengar kasus mantan bupati Pandeglang yang melahap uang rakyat sebera 200 Milyar sebagai dana pinjaman dari Bank BJB untuk pembangunan di Kab. Pandeglang. Ratu Atut Choisyah yang merupakan Gubernur Banten malah pernah menggelontorkan dana hibah yang di indikasi dialirkan sebagai dana kampanye dengan nominal yang lebih wah dari kasus LHI ini. Jadi, kalau LHI ditangkap KPK kareha terindikasi melakukan kasus suap 40M, saya sudah tidak kaget lagi. Toh tujuan dari manusia-manusia bangsat itu masuk partai pun memang untuk korupsi ko.

Melihat latahnya media memberitakan kasus LHI bagi saya ini sangat miris. Semua media menjadikannya headline. PKS habis di politisasi dengan berbagai kepentingan. Saya sebenarnya tak peduli dengan politisasi yang dilakukan kepada PKS, di dunia politik toh itu semua menjadi wajar adanya. Siapa punya kesalahan, jangan harap dapat ampun dari lawan politiknya. Tapi sadar atau tidak kita sebagai penikmat media ternyata telah di seret paksa kepada satu kasus yang menurut saya tak begitu wah ini. Sekarang, berapa banyak masyarakat Indonesia yang tahu skandal pajak keluarga Cikeas?. Berapa banyak media yang mengangkat berita ini?. Dan pada akhirnya berita yang sebenarnya bisa lebih menghebohkan inipun tergilas habis oleh pemberitaan LHI dan daging mentahnya. Inlah kemudian yang membuat saya miris melihat media saat ini. Media tak lebih dari sebuah korporasi mencari keuntungan.

Media sebagai salah satu instrument dalam penegakan demokrasi sepertinya sudah mandul. Tak mampu lagi berbicara atas nama independensi dan kebutuhan akan informasi khalayak. Siapa punya duit, dialah yang akan naik cetak. Siapa kuasa, dialah yang akan jadi kesohor. Pemberitaan apa yang dikupas tuntas oleh media? NOL. Century kemana?, Kasus Hambalang?, Susno Duaji?, Rekening gendut pejabat Polri?. Bahkan kasus kemanusiaan yang luar biasa dahsyat yaitu LUMPUR LAPINDO seolah raib begitu saja. Media tak lebih dari kacung-kacung dajal pemilik modal.

Media seharusnya mampu menempatkan diri pada posisi yang benar. Keuntungan tentu menjadi sebuah resiko yang harus ada ketika melakukan sebuah usaha, namun jika keinginan memperoleh keuntungan besar itu tanpa di imbangi dengan nilai-nilai independensi yang memang menjadi kunci bagi pewarta justru itulah yang akan menghancurkan bangsa ini. Tak percaya?, silahkan anda resapi sendiri.

Mengutip salah satu pepatah orang bijak ” Jika kau ingin menguasai dunia, maka kuasailah media”.

http://http://m.kompasiana.com/post/mainstream-media/2013/02/04/media-latah-pajak-keluarga-cikeas-tak-naik-cetak/

Media Latah, Pajak Keluarga Cikeas Tak Naik Cetak

Oleh: Haedi Sendiri | 04 February 2013 | 20:46 WIB

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 1366 orang, minggu ini: 3391 orang, bulan ini: 24582 orang, total semuanya: 761350 orang
, ,Mozilla/5.0 AppleWebKit/537.36 (KHTML, like Gecko; compatible; ClaudeBot/1.0; +claudebot@anthropic.com)