Saat ini tak hanya pakaian atau buku saja yang
sering ada diskon, gadget dan barang elektronik
seperti laptop pun tidak ketinggalan.
Memanfaatkan tingginya animo masyarakat
terhadap barang-barang tersebut, ternyata
dimanfaatkan beberapa oknum pedagang nakal
untuk meraup keuntungan yang besar lewat
minimnya pengetahuan konsumen terhadap
sebuah produk.
Akhir tahun lalu saya diajak seorang teman yang
berniat membeli sebuah laptop baru untuk
anaknya. Berdasarkan informasi dari iklan dalam
surat kabar lokal bahwa ada sebuah toko
komputer sedang cuci gudang. Mereka
menawarkan diskon besar-besaran laptop berbagai
merek. Sebuah laptop 14′ merek terkenal
dibandrol hampir setengah dari harga resmi. Wah,
siapa yang tidak tergiur dengan promo seperti itu.
Di toko komputer sederhana itu memang benar
banyak dipajang berbagai laptop lengkap dengan
label harga yang menurut saya sungguh miring.
Teman saya memilih sebuah laptop incarannya
kemudian meneliti secara detail fisik laptop tadi. Si
penjual menjelaskan keunggulan produknya itu.
Teman saya hanya manggut-manggut saja. Ketika
teman saya bertanya apakah laptop tersebut
benar-benar asli dan baru, si penjual mengiyakan
sambil menyalakanya. Semua tampak normal.
Terakhir teman saya menanyakan soal garansi.
Penjual tersebut memberi jaminan spare-part dan
service selama 1 tahun di toko itu saja. Artinya bila
ada kerusakan laptop tersebut hanya bisa
diperbaiki oleh toko itu saja.
Ia beralasan bahwa produk tersebut sudah tidak
diproduksi lagi. Namanya saja cuci gudang, jadi
memang mau menghabiskan stok lama. Teman
saya tetap manggut-manggut saja.Tak lama
berselang ia mengajak saya pulang tanpa terjadi
transaksi.
Di dalam kendaraan teman saya memberi
penjelasan kenapa ia mengurungkan niat membeli
laptop yang harganya begitu murah. Ternyata ia
curiga laptop tersebut adalah barang rekondisi.
Barang rekondisi memang harganya bisa jauh
lebih murah. Bayangkan selisihnya bisa sampai
40-50 persen dari harga asli. Produk yang sering
direkondisikan adalah gadget seperti handphone
dan BB. Tetapi sekarang laptop pun sudah banyak
yang rekondisi akibat tingginya permintaan
masyarakat terhadap barang tersebut. Barang
rekondisi secara kasat mata susah dibedakan
dengan produk aslinya. Tetapi jika lebih teliti maka
akan tampak perbedaannya seperti tidak ada
stiker hologram, cetakan buku manual yang kasar,
batere bukan asli dari pabrik. Barang rekondisi
biasanya tidak menyertakan kartu garansi resmi,
yang ada hanya garansi toko saja. Biasanya serial
number yang terdapat di badan laptop berbeda,
atau malah tidak tertera pada kotaknya.
Barang rekondisi hakekatnya adalah barang bekas
yang rusak lalu diperbaiki dengan mengganti
komponen yang rusak dengan yang baru. Dan
biasanya komponen penggantinya itu bukan
produk asli. Laptop-laptop bekas itu biasanya
didatangkan dari luar negeri yang masuk lewat
jalur khusus.
Dalam hal ini calon pembeli harus ekstra teliti.
Bukan tidak mungkin laptop rekondisi dibuat
sedemikian rapi sehingga sukar bagi orang awam
membedakan mana produk asli mana yang
rekondisi. Untuk menyiasati hal ini dianjurkan
untuk mengajak orang yang mengerti betul
mengenai laptop. Ketika berhadapan dengan
penjual Jangan malu untuk bertanya secara detail
spesifikasi laptop tersebut. Tampilan luar produk
yang mulus bukan jaminan bahwa produk
tersebut seratus persen baru. Kita tidak tahu
jeroannya. Jangan-jangan hasil kanibal sana sini.
Pastikan pula laptop tersebut memiliki garansi
service internasional yang berlaku 1-2 tahun.
Untuk jenis notebook biasanya berlaku 2 tahun
sedangkan netbook rata-rata 1 tahun. Bagaimana
pun jaminan layanan purna jual yang baik sangat
diperlukan mengingat laptop termasuk produk
yang rentan kerusakan. Akan lebih bijaksana lagi
bila rajin browsing ke situs-situs shopping online
untuk cek harga. Perbedaan harga diskon tidak
akan selisih jauh dengan harga resminya. Langkah
terakhir yang paling aman adalah membeli laptop
langsung di agen resmi. Untuk mengetahui agen-
agen resmi beserta alamatnya bisa dicari di situs
resmi laptop tersebut.
Jangan seperti pengalaman yang menimpa
keponakan saya. Saat ini memiliki laptop seperti
sudah menjadi keharusan bagi mahasiswa. Selain
digunakan mengerjakan tugas kuliah, laptop
menjadi sarana untuk berinteraksi di media sosial.
Maka dibelilah sebuah laptop baru yang sangat
murah pada promosi tahun ajaran baru. Tapi
malang tak dapat ditolak, laptop yang ia beli pada
pertengahan tahun itu, awal Desember lalu
monitornya tiba-tiba suka mati sendiri. Padahal
tidak pernah jatuh. Ketika dibawa ke distributor
resmi untuk diklaim ternyata garansi tidak berlaku.
Selain karena segel resminya tidak ada, SN (serial
number) laptop tersebut tidak ada dalam database
mereka. Setelah diteliti oleh teknisinya diyakini
laptop tersebut barang rekondisi. Pantas saja baru
sebulan dipakai, laptopnya sudah panas padahal
belum ada setengah jam digunakan. Akhirnya
laptop tersebut ia bawa kembali toko dimana dulu
ia beli untuk diservice yang sampai sekarang tidak
selesai-selesai.
Sekarang siapa yang tidak mau laptop baru
dengan setengah dari harga yang ada pasaran?
Akan tetapi untuk apa jika apa yang kita beli
dengan harga super murah itu cepat rusak.
Maksud hati ingin berhemat tapi malah jadi boros
karena harus bolak-balik tukang service. Belum
lagi ganti spare-part ini dan itu, yang artinya biaya
lagi. Pekerjaan dan tugas-tugas kita pun jadi
terbengkalai. Memang tidak salah mencari produk
berdiskon besar. Bagaimanapun kita harus
bijaksana, cari barang yang potongan harganya
masuk akal dengan kualitas terjamin. So, Jangan
mudah tergiur dengan tawaran diskon yang
fantastis jika tidak mau pada akhirnya harus
menangis.
Sumber http://m.kompasiana.com/post/bisnis/2013/01/06/diskon-fantastis-yang-bisa-bikin-menangis/
Diskon Fantastis Yang Bisa Bikin Menangis
Oleh: Venusgazer™ | 06 January 2013 | 03:04 WIB