Duck hunt
HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :374959
United StatesUnited States
Mobilize your web site2994Unknown
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Pasien Cerdas

Kiat Menjadi Pasien Cerdas

Jadilah pasien yang cerdas! Begitu penegasan
saya pada diri saya sendiri. Mengapa ? Sebab
sebagai seorang yang beberapa kali “menikmati”
pelayanan di beberapa rumah sakit baik sebagai
keluarga maupun pasien pada akhirnya dengan
sangat menyesal saya menyimpulkan bahwa salah
satu kelemahan pelayanan kesehatan di Indonesia,
para tenaga medis enggan berpikir komprehensif
dan teliti terhadap berbagai gejala yang dialami
pasiennya. ;)

Salah satu contohnya adalah saat saya membawa
anak kedua saya yang kerap mengalami mimisan
ke seorang dokter.

“Ah, mimisan pada anak wajar kok..” katanya.

Suster yang mendampinginya menambahkan

“Anak saya juga biasa mengalami mimisan kok, dia baik-baik saja.” Saya tersenyum,“ Tetap saja mimisan berarti ada yang salah dalam tubuh seseorang Dok, terlebih ini sudah tiap hari
terjadi dalam seminggu ini. Maaf jika tidak keberatan saya minta dirujuk ke Rumah Sakit yang
lebih komplit fasilitasnya, “ pinta saya. :-)

Jadilah saya mendapatkan surat rujukan di sebuah
rumah sakit milik TNI yang cukup ternama. Lagi
saya temui dokter sesuai dengan rujukan yang
diberikan. Pertama dokter spesialis anak. Seperti
saya duga sebelumnya postur tubuh anak saya
yang agak lebih besar dari anak seusianya menjadi
perhatian. Bagi saya sendiri meski cenderung
besar tapi tetap seimbang. Lalu kami dirujuk ke
dokter spesialis THT. Tercatat sudah empat kali
saya bolak balik konsultasi. Sinus baik. Tidak ada
kelainan. Demikian saya baca hasil rontgen. Tapi
dokter THT keduanya beranggapan berkabut
karena harusnya gelap dan hitam di foto
rontgennya. Amandel harus diangkat segera. Itu
adalah diagnosa yang sama. Amandel yang besar
(sudah pada tingkat terbesar itulah yang menurut
salah satu dokter menjadi penyebab mimisan.

Pada saat konsul ke-4 tersebut saya langsung
menyampaikan ketiga hasil pemeriksaan dengan
rontgen dan laboratorium. Saya tergolong pasien
cerewet dan menanyakan detail. Tapi tetap saja
tidak sepenuhnya mendapat gambaran komprehensif.

“Ma.. aku takut dioperasi” kata Putri ke-2 saya. :-(

Entah kenapa saya teringat Almarhumah Dianis
salah seorang rekan kerja saya yang sebelum
operasi sesarnya menyampaikan ketakutannya
akan operasi sesar yang harus dijalaninya. Saya
yang dua kali menjalani operasi sesar berusaha
menenangkannya. Terlebih saya sebenarnya
memiliki kelainan pembekuan darah. Saya baru
mengetahui kelainan tersebut pada saat akan
menjalani sesar pertama anak ke-2 saya. Saat di
test dengan dilukai di belakang telinga saya, darah
tidak berhenti mengalir. Akhirnya saya diberikan
suntikan yang luar biasa sakit di tangan saya
hingga bekasnya masih terlihat. Pendarahan
setelah sesar sempat membuat saya ketakutan. -_-

Terlebih pada saat kehamilan anak ke-3 saya yang
terlalu dekat dengan kelahiran sesar pertama putri
ke-2 saya. Dokter kandungan pun langsung
mengultimatum agar saya mengugurkan anak
saya. Karena menolak, dokter tersebut sempat
memberikan obat pengugur kandungan tanpa
seijin saya. Alhamdulillahnya saya merasakan
kejanggalan setiap habis minum obat tersebut.

Pagi hari sebelum saya terbang ke Balikpapan saya
sempatkan SMS oom saya yang kebetulan juga
dokter bedah. Saya SMS “Oom, ini obat apaan ?”
langsung dijawab dengan nada marah.

“Dian, kamu mau gugurin kandungan !!”

Saya langsung menelpon HP dokter kandungan
tersebut sebelum berangkat.

“Saya tidak mau ada pasien saya yang meninggal, “ dalihnya. “Kematian ada ditangan Allah dok. Saya bertekad melanjutkan kehamilan saya. Semoga tidak ada dampak negatif dari obat yang dokter beri kepada Janin yang saya kandung, “ kata saya.

Begitulah akhirnya saya melahirkan harus disesar
lagi. Diagnosa dokter kandungan saya tepat. Saya
mengalami pendarahan yang hebat hingga saya
sempat dibawa ke ICU. Saya pun sempat
ditawarkan untuk berkesempatan menerima
kunjungan keluarga yang ingin saya temui. Saya
langsung memutuskan suami saya karena Ibu
saya memiliki sakit jantung. Tapi sayangnya suami
saya entah kenapa jadi sedikit emosionil hingga
akhirnya dokter justru meminta dia keluar dari
ruangan. :-)

“Gimana aku nga marah-marah ngeliat muka
kamu seputih kapas” dalihnya beberapa tahun
kemudian pada saat saya menanyakan alasan
marah-marah. Belajar dari kasus saya, saya memiliki keyakinan seperti apapun kondisi kita tetap Allah jua yang menentukan ajal. Pada saat saya kritis, tak ada stok darah golongan O yang tersedia padahal saya memerlukan dua kantung darah sekaligus. :D

Sembari menunggu darah dari PMI yang diminta
langsung oleh dokter saya via telpon, tangan saya
langsung bergerak SMS ke seluruh nomor kontak
yang ada di HP saya. “Mohon dimaafkan untuk
segala kesalahan saya. Mohon doa agar kondisi
saya segera membaik. Saat ini saya tengah di
rawat di ICU pasca sesar. Alhamdulillah putri
ketiga saya lahir dengan selamat. Terima kasih
sebelumnya.

“ Saya memiliki keyakinan dan harapan, siapa tahu diantara mereka ada doa yang makbul. “Hasbunallah wa’nikmal wakil. Hanya kepada Allah kita Berserah diri dan memohon” :-D

demikian salah satu SMS jawaban yang saya
terima dari seorang Bapak yang menyempatkan
diri menelpon saya meski beliau sedang berada di
tengah pertemuan penting.

Semua kisah tersebut saya ceritakan lengkap
kepada teman saya dengan tujuan memberikan
keyakinan dan kemantapan hati agar tidak takut
menjalani operasi sesar yang baru pertama kali
harus dia jalani. Anak pertamanya dilahirkan
dengan proses normal. Namun sayangnya sahabat
saya akhirnya harus meninggal pasca mengalami
pendarahan hebat.

Ketakutan dan kata-kata sahabat saya itu terus
menghantui saya. “Handri.. aku takut dioperasi..”
kata dia. Pada saat putri kedua saya mengatakan
kalimat yang sama, trauma pun bergulir. Saya
berusaha mencari tahu penyebab logisnya.
Sedikit demi sedikit pengetahuan tambahan saya
dapatkan. Pertama, pasien yang menjalani operasi
amandel benar ada yang meninggal karena
pendarahan yang dialami. Dokter Agus
membenarkan pertanyaan saya.

Kedua, kenyataan bahwa saya memiliki kelainan
pembekuan darah ternyata kemungkinan anak
ke-2 saya bisa jadi memiliki kecenderungan yang
sama terlebih dia sering mengalami mimisan.
Berbeda dengan saya yang memiliki gejala yang
berbeda. Saya hanya mengalami mimisan sekali
waktu di Turki. Namun luka lebam kerap saya
alami demikian juga dengan sendi yang sulit
digerakan yang ternyata adalah pendarahan sendi.
Saya jadi teringat seloroh dokter bius yang
menangani operasi sesar saya “Santai saja Bu.. ibu
tergolong beruntung karena konon itu kelainan
kaum bangsawan. Hemofilia seringkali disebut
dengan “The Royal Diseases” atau penyakit
kerajaan lho Bu. Jarang ada yang mengalaminya.
Ratu Victoria, ratu Inggris salah satunya, “ kurang
lebih itu kata-kata dokter bius yang mungkin
berusaha membuat saya tidak cemas.

Ketakutan putri kedua saya untuk menjalani
operasi amandel untuk mengangkat amandelnya
yang sudah membengkak dalam ukuran
terbesarnya sedikit banyak membuat saya teringat
pada kecemasan yang diutarakan sahabat saya
yang sudah tiada. Saya berusaha mencari jawaban
logisnya. Benarkah amandel yang bengkak
merupakan pencetus dari mimisannya ? -_-

Ternyata saya mendapatkan kemungkinan
jawaban yang justru mengiring pada jawaban
kekhawatiran saya. Saya juga mendapatkan
tambahan pengetahuan tentang kelainan darah
yang saya alami. Saya jadi teringat saat putri
kedua saya mengeluh pusing saya justru
membelah dan meminumkan aspirin. Sebelah lagi
saya minum karena saya juga pusing. Padahal
aspirin justru berbahaya bagi kami berdua. Putri
kedua saya sempat mimisan lagi keesokan harinya.

Ketiga, operasi amandel tergolong berbahaya bagi
orang yang memiliki kecenderungan lamban
dalam pembekuan darah. Dari konsul kedua
dengan dokter anak, ada informasi pembekuan
darah putri kedua saya tergolong panjang. APPT
42,1 demikian tertulis di hasil laboratorium. Dari
sebuah situs saya mendapatkan sebuah kisah dari
penyanyi Lay, pada saat dia dioperasi amandelnya
karena Lay juga memiliki kelainan pembekuan
darah setelah operasi berlangsung, darah lay terus
keluar. Lay muntah darah hingga berkali - kali dan
akhirnya koma selama beberapa hari. :-(

Saat ini saya belum memutuskan tindakan medis
selanjutnya meski dokter meminta agar putri
kedua saya segera menjalani operasi amandelnya.
Setidaknya saya hanya berusaha menjadi pasien
sedikit lebih cerdas dan cerewet guna
menghindari musibah buruk yang seharusnya
dapat kami hindari dengan berusaha menjadi
pasien yang lebih cerdas dari sebelumnya.

<3

Sumber http://m.kompasiana.com/post/medis/2013/01/04/jadilah-pasien-yang-cerdas/

Jadilah Pasien yang Cerdas

Oleh: Handrini | 04 January 2013 | 16:54 WIB

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 2994 orang, minggu ini: 5930 orang, bulan ini: 16596 orang, total semuanya: 374959 orang
, United StatesUnited States,claudebot