pacman, rainbows, and roller s
HomeBlog Okta AdityaAbout me
Jumlah pengunjung total blog :372551
United StatesUnited States
Create a site without programming586Unknown
My Acount Facebook

My Acount Twitter

Follow @AdityaEmail_


International News Latest


Google News

Source: Google news


Top News CNN

Source: CNN



BLOG NYA OKTA ADITYA

Teraktual, Menarik, Bermanfaat, dan Terinspirasi dalam mengabarkan segala opini, ide, gagasan maupun berbagai macam pengalaman dari berbagai kalangan. Blog yang terpercaya rekomendasi Google.


Semula saya membuat blog ini dari awalnya hanya ingin menulis tentang pengalaman, pandangan, opini dan gagasan saya pribadi.

Lantas, setelah saya sering membaca berbagai opini dan gagasan para penulis lainya yang sangat inspiratif dan sangat bermanfaat, saya tergerak untuk mengeshare di blog saya, bertujuan agar sebagai catatan berguna suatu saat untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi siapa yang berkunjung di blog saya ini.

Semua konten rata-rata berasal dari situs http://kompasiana.com konten tulisan yang asli dan unik dari para member kompasiana, Kompasiana menyediakan sebuah wadah yang memungkin setiap pengguna Internet membuat konten berita, opini dan fiksi untuk dinikmati oleh para pengguna Internet lainnya.

Walhasil, sekitar 800 konten dalam bentuk tulisan dan foto mengalir di Kompasiana. Konten-konten yang dibuat warga juga cenderung mengikuti arus positif dan bermanfaat karena Kompasiana akan memoderasi konten-konten negatif selama 24 jam.

Nah, dari berbagai tulisan itulah saya menyaring beberapa tulisan yang saya kira wajib untuk saya simpan sendiri, sudah barang tentu tulisan yang aktual, inspiratif bermanfaat dan menarik.

Sebagai sebuah media, Kompasiana cukup unik. Karena dari sisi konten, media berslogan “sharing connecting” ini mengelola konten-konten di dalamnya layaknya sebuah media berita yang selama ini hanya diisi oleh wartawan dan editor media massa. Tapi dari sisi User Interface maupun User Experience, Kompasiana merupakan media sosial yang menyajikan dua fitur utama sekaligus, yaitu fitur blog (social blog) dan fitur pertemanan (social networking).

Itulah yang membuat Kompasiana melejit cepat menjadi website besar hanya dalam kurun waktu empat tahun. Bila sekarang Anda mengecek posisi Kompasiana di pemeringkat website Alexa.com, Anda akan melihat peringkatnya berada di posisi 30 (pernah berada di posisi 29, kadang turun ke posisi 32) di antara website-website yang diakses di Indonesia.

Di kategori website media sosial, Kompasiana berada di posisi ke-8 setelah Facebook (1), Blogspot.com (4), YouTube (5), Wordpress (7), Kaskus (9), Blogger.com (11) dan Twitter (12). Sedangkan di kategori website berita dan informasi, media warga ini berada di posisi ke-4 setelah Detik.com (8), Kompas.com (12) dan Viva.co.id (19). Posisi ini cukup kuat, karena di bawah Kompasiana masih ada Okezone.com (33), Kapanlagi.com (35), Tribunnews.com (40), Tempo.co (47), dan media massa besar lainnya.

Ke depan, dengan semakin besarnya euporia masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet dan media sosial, serta semakin besarnya pengakses internet lewat ponsel, Kompasiana mendapat tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Tantangan itu hanya bisa dijawab dengan menghadirkan enjin yang lebih stabil, lebih andal, lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih sosial. Juga harus dihadapi dengan kesiapan insfrastruktur yang lebih besar dan kuat. Dan itulah yang sedang berlangsung di dapur Kompasiana jdi awal 2013.



Bagi yang suka ide gagasan, alasan, ulasan dan opini yang dekstruktif, dijamin tidak akan kecewa membaca tulisan kompasianer yang saya share di balik konten saya dibawah ini,

Selamat membaca, Semoga bermanfaat walau tidak sependapat,
Konten dan artikel selengkapnya klik tautan ini.,
Artikel dan Konten Blog :

Bantahan saya untuk Firman Utina ( menolak bergabung Timnas )

Kemerdekaan akan selalu menyisakan persoalan sebab awalan ke- dan akhiran -an menunjukan sebuah kondisi sekaligus proses. Setelah merdeka Amerika harus membebaskan komunitas negro dari hegemoni kulit putih dalam praktek perbudakan yang tidak manusiawi.

Para budak negro ikut menentukan HAK atas kebebasan menentukan nasib sendiri dengan berdiri dibelakang Abraham Lincoln yang anti perbudakan. Saat Abraham Lincoln mencanangkan penghapusan perbudakan, tidak seorang budak pun berdiri di mimbar dan berteriak lantang ,’saya bahagia menjadi budak karena dapat tidur dan makan teratur dan kami menentang Anda wahai Lincoln yang terhormat’. Mereka melawan tuan-tuan tanah di area pertanian dan berkata ‘kami memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri di Negara yang dibangun dalam pondasi demokrasi’.

Lincoln dan Soekarno merupakan kesamaan visi meski mereka hidup di jaman berbeda. Bila Abraham memperjuangkan individu-individu yang terhegemoni manusia lain, maka Soekarno memperjuangan sebuah kebebasan kolektif atas pemasungan HAK oleh bangsa lain. Baik Lincoln
dan Soekarno tidak mensyaratkan kesempurnaan dan kesucian para individu itu untuk menjadi
manusia bebas. Bebas memilih sikap untuk menjadi Amerika dan menjadi Indonesia.

Membaca. argumentasi Firman Utina terhadap panggilan membela tim sepakbola yang mewakili INDONESIA bahwa ia terikat kontrak dan harus menghormatinya karena dibayar mahal, sungguh
ironis. Saat 200an tahun lalu Lincoln membebaskan para budak, di abad 21 ini masih ada orang bangga menjadi ‘budak’ dalam bentuk lain. Di jaman instant noodle memang semua seperti bergeser dan hedonistic. Namun menterjemahkan nasionalisme dengan ‘pernah membela Indonesia 9 tahun’ sungguh pemahaman yang narsistic. Orang tidak akan meludahi cermin di depannya. Menjadi Indonesia semestinya tidak mengenal ‘pernah’ selama kita masih berpaspor dengan lambang Garuda.

Kebebasan yang diinginkan Soekarno dan Lincoln bukanlah kebebasan untuk menolak menjadi bagian Indonesia dengan membela Negara ketika dibutuhkan. Nasionalisme bukanlah seperti Bambang Pamungkas jabarkan sebab nasionalisme tidak memerlukan kesempurnaan tindakan dan kesucian. Nasionalisme bukanlah ukuran moralitas yang suci: tidak pernah membeli DVD bajakan, tidak pernah melanggar lalu lintas atau nyontek ketika ulangan. Nasionalisme adalah sebuah kecintaan dan kesadaran berbangsa seperti penjabaran Benedic Anderson dalam ‘The Spectre of Comparisons’.

Seorang narapidana tetap memiliki hak untuk membela negaranya bila dibutuhkan. Merdeka – baik secara individu atau kolektif – itu seperti manusia dewasa yang sudah menikah: tidak bisa lagi membebankan jalur kehidupannya di pundak orang lain.

Kemerdekaan tidak pernah menjanjikan kemudahan. Manusia merdeka karena ia berani ambil resiko dan tanggung jawab. Ia pribadi yang tidak memerlukan warisan untuk mempersunting tetangga. Mereka yang takut merdeka: jadilah patung di sudut kota.

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE

Tinggalkan Pesan Chat
Chat-icon 1







Online saat ini : 1 orang, hari ini: 586 orang, minggu ini: 3522 orang, bulan ini: 14188 orang, total semuanya: 372551 orang
, United StatesUnited States,claudebot