Bismillah, kembali lagi saya sekadar melepas jenuh dari aktivitas pekerjaan yang mungkin agak monoton, tapi sangat bersyukur akan pekerjaan ini Allah SWT telah memberikan pekerjaan ♈αήƍ sangat layak terhadap umatnya ♈αήƍ rendah ini, semoga Allah SWT memberikan balasan ♈αήƍ layak kepada orang ♈αήƍ selalu memberikan rizkinya kepda saya, tentang hakikat bebas, apakah ini suatu keharusan mental pribadi?
Tak ada yang bisa memungkiri, belakangan, dalam mengejar kebahagiaan, manusia akan mewujudkan eksistensinya di dunia dengan mengangkat setinggi tingginya prinsip kebebasan. Sebagai individu ♈αήƍ otoriter, seorang pribadi dapat menentukan langkah hidupnya dengan tangannya sendiri. Zainal Abidin (2000:133) menambahkan ; terlepas dari tuntutan keluarga yang otoriter, dari sistem politik yang reprensif ataupun dari sistem budaya yang ketat dan kaku, eksistensi aktual seorang individu adalah eksistensi ♈αήƍ bersumber dari satu inti, eksistensi dirinya sendiri.
Di dalam mewujudkan kehidupanya di tengah tengah masyarakat modern, dengan segenap kemampuanya mereka akan mengejar kesenangan dan berusaha mati matian untuk menghindari kesakitan penderitaan, kemiskinan atau kurang sejahtera. Hal ini bekebalikan dengan Aristoteles dalam Abidin (2000:66) yang mengatakan orang bijaksana tidak mencari kesenangan, melainkan berupaya keadaan ♈αήƍ bebas dari rasa sakit dan luka.
Jika kita mau merenung barang sejenak, sejatinya carut marut ♈αήƍ terjadi belakangan ini terjadi, adalah akibat ulah dari segelintir manusia ♈αήƍ hanya berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan diri, keluarga dan golongannya agar dapat disebut sebagai manusia yang berbudaya modern ♈αήƍ merupakan salah satu dari beberapa turunan paham kapitalisme yang belakangan melanda seluruh belahan dunia, antara lain, budaya matrialisme, hedonisme, komsuvtisme, egoisme, individualisme, dan narsisme.
Akibatnya, wong cilik seperti saya ini tetap Ά̲̣̥jɑ̤̈ berkumbang dalam kemiskinan!
Padahal, apa ♈αήƍ diungkapkan Aristoteles di atas, tersurat dengan indah dan jelas dalam butir butir Budaya Jawa (1986:109); negara itu dapat tenteram kalau murah sandang pangan, sebab rakyatnya gemar berkerja, dan ada penguasa yang mempunyai sifat adil dan berjiwa mulia. Padahal, keadaan ini baru terwujud jika lapangan kerja terbuka dengan seluas luasnya.
Selanjutnya, dengan berpegang pada ungkapan Aristoteles dan pitutur luhur bangsa, maka, kini sudah saatnya hukum harus dapat ditegakkan dengan seadil adilnya. Selain negara bakal dipenuhi dengan orang orang yang bijak, maka semua harapan para pendahulu bangsa pun dapat segera terwujud dengan begitu, alam pun takkan pernah lagi murka kepada kita, Semoga
Post : Okta Aditya .