Apa yang terbayang ketika menyebut area tempat pembuangan akhir (TPA)? Kebanyakan orang akan membayangkan sebuah tempat penuh gunungan sampah yang mengeluarkan aroma tak sedap. Namun, ketika saya memasuki area TPA Puuwatu di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, bayangan sebuah tempat kumuh nan bau tidak terbukti.
Meski truk-truk pengangkut sampah membawa ratusan kubik sampah rumah tangga dari seluruh wilayah Kota Kendari tiap hari, tetapi area TPA Puuwatu masih terlalu luas untuk kebanjiran sampah. Apalagi begitu sampah turun dari truk, sudah banyak orang yang datang memilah sampah.
Mereka yang disebut pemulung, memilah sampah plastik, botol dan besi untuk diambil dan kemudian ditimbang untuk dijual kembali. Sedangkan sampah-sampah organik berupa sisa makanan rumah tangga dan daun-daunan diproses kembali untuk diubah menjadi gas metana.
Gas metana? Nah, ini yang menarik.
Pak Candra, pengawas TPA Puuwatu yang menemani saya berkeliling, Sabtu (2/11/2013) pagi, menjelaskan tentang pemanfaatan gas metana dari sampah organik sebagai bahan bakar alternatif untuk listrik dan juga bahan bakar pengganti gas elpiji yang digunakan untuk memasak.
Gas metana merupakan komponen utama dari biogas. Gas ini dapat menghasilkan energi yang cukup besar karena satu meter kubik gas metana setara dengan energi yang dihasilkan 0,48 kilogram gas elpiji.
Sesungguhnya gas metana dapat ditemukan di sekitar kita. Selain berasal dari sampah organik yang telah melalui perombakan oleh bakteri, metana juga berasal dari alam seperti lautan, lapisan es permanen, tanah-tanah yang gembur juga ditemukan pada kotoran manusia dan hewan memamah biak seperti kambing, sapi, kerbau, kuda dan lain-lain.
Jenis gas ini sebenarnya termasuk berbahaya dan disebut sebagai penyebab pemanasan global (global warming) karena memiliki efek pemanasan beberapa kali lebih kuat dalam menyebabkan pemanasan bumi dibandingkan dengan CO2. Gas metana dari aktifitas peternakan disebut sebagai penyumbang emisi terburuk dan terbesar di dunia. Beranjak dari hal itu, isu melawan global warming yang mencuat selama ini salah satunya adalah kampanye mengurangi konsumsi daging dan meminum susu.
Sebuah ajakan yang sulit tentunya, seolah menggarami lautan saat seseorang berusaha mengurangi konsumsi daging dan susu untuk melawan global warming. Justru upaya terobosan yang dilakukan Dinas Kebersihan Kota Kendari untuk mengubah sampah organik menjadi energi alternatif patut dicontoh dan dikembangkan oleh banyak pihak.
Pemanfaatan energi alternatif yang berasal dari gas metana setidaknya sudah mulai berjalan baik di lingkungan TPA Puuwatu. Lampu-lampu penerangan jalan serta kebutuhan listrik untuk kantor pengelola TPA sepenuhnya menggunakan energi dari gas metana yang dialirkan melalui pipa-pipa.
Dalam area seluas kurang lebih 13 hektar itu terdapat juga rumah-rumah keluarga pemulung yang hidupnya bergantung dari sampah. Sekitar 50 KK yang hidup di area tersebut telah memanfaatkan energi gas metana untuk memasak dan kebutuhan listrik. Semuanya gratis disediakan dan mereka tak lagi harus mengeluarkan biaya untuk membeli minyak tanah dan berlangganan listrik.
Menurut Pak Candra, para pemulung tersebut sangat berjasa setidaknya membantu mengambil sampah non-organik yang tidak bisa diproses menjadi gas metana.
“Masalahnya masyarakat belum mau memisahkan jenis sampahnya di rumah,� ujar Pak Candra.
Benar sekali, kebiasaan untuk memisahkan sampah organik dan non-organik masih belum banyak dilakukan masyarakat. Padahal jika hal ini dilakukan, proses pemilahan sampah di TPA akan menjadi lebih mudah.
Kampung Mandiri Energi
Salah satu pemanfaatan energi alternatif dari gas metana ini akan diwujudkan dalam sebuah program Kampung Mandiri Energi yang digagas oleh pemerintah setempat bersama Kementerian Sosial. Menurut Pak Candra, warga pemulung yang berada di area TPA Puuwatu akan dipindahkan ke lokasi baru yang tidak jauh dari tempat itu. Mereka akan difasilitasi rumah-rumah baru yang lebih layak huni dan yang paling penting kampung baru ini akan memanfaatkan energi dari gas metana yang dikelola TPA Puuwatu.
“Pipa-pipa gas dari sini akan disalurkan ke kampung itu,� jelas Pak Candra.
Tidak hanya pemulung, sejumlah 100 rumah yang dibangun juga disediakan bagi para petugas kebersihan yang selama ini berjasa membuat Kota Kendari tetap bersih. Ada petugas pemungut sampah yang setiap hari mengambil sampah-sampah warga kota, ada pula para penyapu jalan yang terkadang jasanya terlupakan.
Saat ini Kampung Mandiri Energi tengah dalam proses pembangunan dan jika berhasil tentu akan menjadi percontohan yang baik bagi daerah-daerah lain. Rentetan dampak positif dari pemanfaatan gas metan sungguh tak bisa diabaikan. Berawal dari pemanfaatan sampah rumah tangga bisa bermanfaat menghasilkan energi yang murah bagi masyarakat.
Potensi Pemanfaatan Gas Metana
Saat berbincang dengan Pak Candra, pria yang berstatus pegawai negeri di Dinas Kebersiha Kota Kendari ini tidak menutup kemungkinan gas metana bisa berkembang pemanfaatannya. Jika saat ini di seputaran area TPA Puuwatu masih mengandalkan pipa-pipa untuk menyalurkan gas, bukan tidak mungkin di kemudian hari gas tersebut bisa ditampung dalam kemasan tabung untuk lebih memudahkan masyarakat luas memanfaatkannya.
Kemudian tentang pemanfaatan sebagai energi listrik. Saat ini di TPA Puuwatu gas metana disalurkan ke sebuah genset yang dimodifikasi. Jadi gas tersebut menggantikan solar yang biasanya menjadi bahan bakar genset. Tentu saja perlu dipikirkan sebuah terobosan untuk membuat semacam pembangkit listrik besar sehingga lebih banyak listrik yang dihasilkan dan lebih luas jangkauannya.
Menurut Pak Candra, Dinas Kebersihan Kota Kendari juga telah mengujicoba pemanfaatan gas metana ini untuk bahan bakar kendaraan.
“Waktu itu bengkel kami sempat mengujicoba gas metana untuk mobil dan ternyata berhasil jalan,� tuturnya.
Salah satu terobosan lagi yang direncanakan oleh pemerintah setempat adalah pembangunan TPA dengan konsep komunal yang berlokasi tak jauh dari pasar tradisional di Kota Kendari. Semacam TPA mini yang apabila berhasil menghasilkan energi mandiri yang digunakan di lingkungan pasar tentu saja patut diapresiasi.
Nah, sampah ternyata menyimpan potensi luar biasa untuk menghasilkan energi baru. Sudah saatnya para ahli lebih fokus memperhatikan potensi tersebut dan menciptakan kreasi-kreasi penggunaan energi baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas serta anak cucu kita kelak. Tidak hanya sekedar wacana, tetapi langsung penerapan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Wow Keren, Sampah Bisa ‘Nyetrum’
Oleh: Widi Kurniawan | 02 November 2013 | 14:08 WIB
Sumber : http://m.kompasiana.com/post/polusi/2013/11/02/wow-keren-sampah-bisa-nyetrum/
.