HomeBlog Okta AdityaAbout me



Blog Nya Okta Aditya

Blog Aktual Berisi Berbagai Opini, Gagasan, Ide dan Ulasan tentang isu-isu yang lagi hangat dan berkembang. Blog kumpulan berbagai berita aktual dari berbagai kalangan. Dan juga Tulisan-tulisan yang sangat menarik dan bermanfaat dari hasil pengalaman seseorang yang saya share disini.

Blog Terpercaya Rekomendasi Google.

Selamat menikmati, semoga anda senang.


K O N T E N B L O G :


Klik tautan ini untuk melihat konten blog secara lengkap.

Persaingan Antre BBM

Siang itu begitu panas menyengat tatkala saya menjumpai sebuah SPBU setelah berjalan kurang lebih 70 kilometer berkendara sepeda motor dari Kendari, Sulawesi Tenggara. Kebetulan indikator bahan bakar di motor saya sudah menunjuk ke tanda merah yang berarti bensin memang hampir habis. Maka mau tak mau saya pun harus belok dan ikut mengantre lama di SPBU yang hanya menjual jenis premium bersubsidi saja itu.

Setahu saya tidak ada lagi SPBU di radius puluhan kilometer atau hingga jarak tempuh sekitar tiga jam kemudian. Sepanjang jalan di daerah Konawe Selatan itu rata-rata hanya pemukiman penduduk desa yang berselang-seling dengan kebun, bahkan hutan. Jadi kalau kebetulan kehabisan bensin, yang bisa menjadi penyelamat hanyalah penjual bensin eceran dengan kisaran harga per botolnya tujuh ribu rupiah. Itu pun tidak terisi penuh satu liter.

Antrean sepeda motor terasa begitu panjang dan lama karena hanya seorang petugas perempuan saja yang melayani. Sedangkan di lajur satu lagi, hanya ada seorang petugas pria yang melayani khusus kendaraan roda empat.

Saya beberapa kali sampai menguap tanda mulai ngantuk menunggu, hingga tiba-tiba seorang petugas berseragam polisi datang dan bertanya sesuatu kepada petugas SPBU dengan nada tinggi.

“Sudah berapa kali itu orang datang ke sini?” tanya pak polisi, sambil menunjuk seseorang di tengah antrean panjang sepeda motor.

“Ndak tahu saya Pak,” jawab petugas perempuan.

“Suruh pulang! Atau saya BANTING motornya!” katanya dengan geram dan penekanan pada kata “BANTING”.

Saya dan beberapa orang pengantre semula heran dengan tingkah polisi itu. Datang tiba-tiba kok marah-marah. Namun setelah petugas perempuan itu melambaikan tangan tanda menyuruh pergi salah satu pengantre yang ditunjuk oleh polisi itu, barulah saya bisa menyimpulkan situasi. Saat keluar dari antrean, tampaklah sesosok pemuda berkaus hitam tanpa lengan dengan mengendarai sepeda motor bertangki besar.

“Sudah tahu stok sedikit masih berani-beraninya datang ke sini!” ucap pak polisi pada seseorang di sampingnya.

Ternyata sepeda motor bertangki besar itu adalah hasil modifikasi supaya bisa menampung bensin lebih banyak. Menurut seorang kawan yang asli penduduk daerah itu, motor bertangki besar itulah yang menjadi pemasok penjual bensin eceran karena pembelian dengan jerigen sudah dilarang. Bensin yang telah diisikan dalam tangki besar itu bisa dikeluarkan lagi dan motornya bisa bolak-balik antre di SPBU jika tak ada pengawasan dari polisi. Modus ini juga dipakai oleh mobil yang tangki bensinnya juga sudah dimodifikasi.

Ada indikasi modus itu juga dibiarkan saja oleh petugas SPBU yang sepertinya sudah saling kenal dengan oknum pemilik motor bertangki besar. Saya melihat sendiri gestur petugas perempuan saat melambaikan tangannya untuk mengusir pengendara itu. Ia melambai sambil mengedipkan mata dan berucap:

“Pulang kau!” dengan nada yang terucap bak seseorang yang sudah saling kenal.

Namun, pelaku-pelaku penyalahgunaan BBM itu kemungkinan besar tidak akan pernah kapok gara-gara sekali kena usir polisi. Mereka akan datang lagi saat tidak ada polisi yang mengawasi. Bagaimanapun melihat kondisi dan situasi seperti di pelosok Sulawesi ini, aksi penimbunan BBM yang kemudian didistribusikan pada penjual-penjual bensin eceran, akan selalu dibutuhkan oleh sebagian masyarakat.

Bayangkan jika tidak ada penjual bensin eceran sedangkan SPBU sangat sulit dijumpai, pasti pengendara kendaraan bermotor akan kelimpungan saat menempuh perjalanan di jalur-jalur sepi itu. Tak hanya sepeda motor yang butuh bensin eceran, bahkan sering saya melihat mobil-mobil mewah pun terpaksa “minum” bensin eceran gara-gara tidak menjumpai SPBU atau pas ketemu SPBU kebetulan sedang tidak ada stok. Bisa juga mereka malas antre karena antrean di SPBU yang terlalu panjang.

Inilah potret betapa sengitnya usaha untuk mendapatkan BBM di pelosok Sulawesi. Banyak kepentingan saling berbenturan, meski harus bersiasat atau melanggar aturan.

http://m.kompasiana.com/post/bisnis/2013/05/07/sengitnya-persaingan-mendapatkan-bbm/

engitnya Persaingan Mendapatkan BBM

Oleh: Widi Kurniawan | 07 May 2013 | 08:08 WIB

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE
Follow @AdityaEmail_ 1

Tugas Kenikmatan