pacman, rainbows, and roller s
HomeBlog Okta AdityaAbout me



Blog Nya Okta Aditya

Blog Aktual Berisi Berbagai Opini, Gagasan, Ide dan Ulasan tentang isu-isu yang lagi hangat dan berkembang. Blog kumpulan berbagai berita aktual dari berbagai kalangan. Dan juga Tulisan-tulisan yang sangat menarik dan bermanfaat dari hasil pengalaman seseorang yang saya share disini.

Blog Terpercaya Rekomendasi Google.

Selamat menikmati, semoga anda senang.


K O N T E N B L O G :


Klik tautan ini untuk melihat konten blog secara lengkap.

Stadion Mubazir

Terinspirasi dari tulisan tentang Stadion Utama
Riau yang menjadi kandidat stadion terbaik dunia
tahun 2012…..

Stadion adalah infrastruktur vital dalam industri
olahraga khususnya sepakbola. Tempat para
pelakon sepakbola menunaikan ‘tugas suci’ nya. Di
sana terdapat panggung berumput tempat 22
prajurit berebut kemenangan dibawah ratusan
atau ribuan tatapan mata yang berharap akan
terhibur oleh aksi para seniman bola. Dari
lapangan dengan tribun sederhana, stadion
berevolusi menjadi landmark yang menjadi ikon
sebuah daerah atau kota bahkan negara.

Hampir semua stadion di Indonesia milik
pemerintah. Dari pemerintah pusat ( SUGBK ),
pemerintah provinsi sampai pemerintah kota/
kabupaten. Di luar itu beberapa BUMN menjadi
perintis stadion dengan kualitas rumput dan
drainase terbaik di masanya. Stadion Mulawarman
di Bontang dibangun oleh PT. Pupuk Kalimantan
Timur untuk klub PS. PKT Bontang ( kemudian
dikelola oleh Pemko Bontang menjadi Bontang
FC ). Stadion Tri Dharma ( Petrokimia ) dibangun
oleh PT. Petrokimia Gresik menjadi homebase PS.
Petrokimia Putra dan Persegres Gresik ( kemudian
keduanya merger menjadi Gresik United ). PT.
Krakatau Steel juga membangun stadion di
Cilegon dan kalau tidak salah PT. Pertamina juga
punya stadion di Plaju,Palembang.

Setelah era Reformasi dimana kekuasaan dan
kewenangan kebijakan tidak lagi sentralistik ke
Jakarta, pembangunan stadion baru lebih merata.
Otonomi daerah memungkinkan Pemerintah
daerah menentukan kebijakan sendiri termasuk
dalam membangun stadion. Kebijakan pemerintah
yang membuka peluang daerah untuk
menyelenggarakan event olahraga nasional
maupun internasional disambut oleh beberapa
daerah yang berambisi mengangkat nama
daerah / kota. Daerah yang surplus PAD nya
karena melimpahnya SDA seperti Sumatera
Selatan, Kalimantan Timur dan Riau adalah daerah
daerah yang melengkapi sarana olahraga untuk
menggelar multi event seperti PON, Sea Games
dan beberapa single event.

Berbagai Gedung Olahraga ( GOR ) dibangun dan
Stadion Utama ( Main Stadium ) dijadikan venue
utama sekaligus ikon daerah. Namun di sisi lain
setelah event event tersebut selesai, stadion tak
ubahnya patung atau tugu yang menganggur.
Dana ratusan milyar seolah hanya dipakai sesekali
saja tanpa ada kesinambungan. Berikut stadion
stadion yang telah dan berpotensi menjadi
monumen bisu karena tidak pernah dipakai lagi.

1. Stadion Utama Kaltim atau lebih dikenal dengan
Stadion Palaran di kota Samarinda yang
diresmikan pada tahun 2008 untuk kegiatan PON
di Kaltim. Stadion ini dibiayai dengan APBD
Provinsi Kalimantan Timur ( Kaltim ) sehingga
menjadi milik Pemprov Kaltim, praktis tidak pernah
terdengar dipakai lagi sejak PON lima tahun lalu.
Kesebelasan Persisam Putra Samarinda lebih
memilih Stadion Segiri yang mungkin lebih dekat
dengan pusat kota dan bea sewa yang lebih
murah. Tidak pernah terdengar pertandingan
internasional dihelat disana. Letaknya dipinggiran
kota dan jauh dari bandara menjadi kendala. Salah
satu syarat untuk pertandingan resmi FIFA, jarak
minimal stadion dengan bandara adalah 100 km
(?). Padahal Stadion Palaran sempat disebut lebih
megah dari Gelora Bung Karno walaupun
kapasitasnya lebih kecil. Bagaimanakah kini
kondisinya? Masih adakah rumputnya? .

2. Stadion Utama Riau, adalah stadion megah
berikutnya yang berpotensi mubazir. Stadion ini
menghabiskan biaya APBD Provinsi Riau hampir
900.Milyar (?). Publik sempat berkesempatan
melihat kemegahan dan kualitas rumput stadion
ketika menjadi tuan rumah Pra Piala Asia U-22.
Setelah dipakai untuk PON, stadion ini kembali
menganggur karena PSPS Pekanbaru, klub
setempat justru tidak berhome base disana.
Mereka memilih bertanding dikandang lama
mereka Stadion Kaharudin Nasution di Rumbai.
Malahan terakhir mereka akan hengkang ke
Bangkinang, kabupaten Kampar karena (konon)
mendapat investor disana. Rencananya Stadion
Utama Riau akan menjadi tuan rumah Islamic
Olympic Games. Namun setelah itu nampaknya dia
akan merasalan kesunyian dalam kemegahannya
lagi. Padahal situs stadionDB.com dan stadiony.net
memasukkan stadion ini sebagai kandidat 10
stadion baru terbaik di dunia tahun 2012.

Diluar dua stadion tersebut stadion stadion baru
nampaknya bakal kurang maksimal dalam
penggunaan. Stadion Gelora Bung Tomo ( GBT ) di
Surabaya meskipun tidak mubazir namun kurang
maksimal karena letaknya dipinggiran dan akses
jalan serta transportasi yang masih sulit. Persebaya
Surabaya hanya sesekali memakainya untuk
pertandingan internasional sementara untuk
pertandingan reguler mereka kembali ke kandang
lama di Tambak Sari yang di pusat kota.

Pemerintah provinsi Jawa Timur sebetulnya
sempat mengajukan GBT menjadi venue andalan
ketika mencalonkan Surabaya sebagai tuan rumah
Asian Games 2019 namun gagal karena kalah
dengan kota Hanoi, Vietnam. Beaya sewa stadion
yang tinggi menjadi salah satu kendala bagi klub
profesional sejak dilarang memakai APBD.
Diharapkan ada kebijakan khusus sehingga stadion
yang dibangun dengan sangat mahal tidak
menjadi sia sia.

Sebenarnya kondisi seperti ini juga sempat dialami
oleh negara lain. Kemegahan Stadion ‘Bird
Nest’ ( Sarang Burung ) yang menjadi landmark
kota Beijing pun sempat menganggur setelah
dipakai untuk Olimpiade 2008. Sejak 2010(?)
stadion tersebut menjadi venue untuk laga final
Coppa Italia. Begitu juga Olympic Stadion di
London yang tahun kemarin menjadi venue utama
Olimpiade sampai sekarang belum menemukan
penyewa tetap yang menjadikannya sebagai home
base.

Namun ironisnya ketika di daerah ada yang
surplus stadion, di ibukota negera Jakarta terjadi
kekurangan stadion bertaraf internasional. Persija
Jakarta harus sering terusir dari ibukota karena
cuma ada satu stadion yang representatif yaitu
SUGBK. Stadion Menteng dan Lebak Bulus telah
tergusur. Padatnya pemakaian SUGBK untuk
kegiatan non olahraga seperti konser, kampanye
sampai kegiatan rohani menjadikan Jakarta krisis
stadion yang memang untuk kegiatan olahraga.

Kota kota besar ibukota negara biasanya
mempunyai minimal dua stadion bertaraf
internasional. Lihatlah Kuala Lumpur punya dua
stadion bertaraf internasional Stadion Shah Alam
dan Stadion Bukit Jalil. Semoga rencana Pemprov
DKI membangun stadion di bekas Taman BMW
segera menjadi kenyataan. Sehingga dapat
mengurangi beban SUGBK yang semakin renta……

Salam olahraga,

_

Stadion Megah yang (Bakal) Mubazir?
Oleh: Busroni | 03 February 2013 | 07:36 WIB

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE
Follow @AdityaEmail_ 1