pacman, rainbows, and roller s
HomeBlog Okta AdityaAbout me

United States

Blog Nya Okta Aditya

Blog Aktual Berisi Berbagai Opini, Gagasan, Ide dan Ulasan tentang isu-isu yang lagi hangat dan berkembang. Blog kumpulan berbagai berita aktual dari berbagai kalangan. Dan juga Tulisan-tulisan yang sangat menarik dan bermanfaat dari hasil pengalaman seseorang yang saya share disini.

Blog Terpercaya Rekomendasi Google.

Selamat menikmati, semoga anda senang.


K O N T E N B L O G :


Klik tautan ini untuk melihat konten blog secara lengkap.

Selamat Lebaran, Mudik, Sungkeman Kita Dapat Angpau

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ ,

Alhamdulillah kita bisa berlebaran lagi tahun ini :) :-) :))


Selamat Lebaran, Mudik, Sunkeman kita dapat "
Angpau "

Mebahas seputar Lebaran, tentu tidak akan jauh dari apa ♈αήƍ akan saya bahas dibawah ini, mengenai ritual dan adat kebiasaanNya,

Setahun lalu, pernah seorang kawan menanyakan
soal “ritual” mudik lebaran. Perlu atau tidak, dan
apakah silaturahmi hanya dilakukan saat lebaran
saja?

Saya jawab, silaturahmi tidak mengenal waktu
dan bukan hanya di saat lebaran saja tentunya.
Sedangkan soal ritual mudik, dilakukan atau tidak,
tentunya setiap orang memiliki alasan tersendiri.

Selama merantau, semua saya tidak mudik
lebaran. Sebenarnya bukan masalah
besar bagi saya (saat itu), tidak berkumpul saat
lebaran ketika itu ataupun saat ini (besok).
saya tetap bisa
merayakan lebaran bersama dengan teman sesama
pekerjaan yang
sama-sama tidak mudik. Meskipun tentunya,
berbeda suasana dan kemeriahannya. Komplek
perumahan dimana saya tinggal kerja menjadi sepi
sekali
ditinggal penghuninya, mirip suasana Jakarta saat
ditinggal penduduknya mudik.

Tetapi orang tua saya
justru yang mempermasalahkannya. Kakak saya
bilang, Ibu sampai menangis saat sedang
menyantap sajian lebaran karena memikirkan, apa
saya juga menyantap hidangan lebaran? Belum lagi
Bapak, yang ketika itu merasa sedih
karena tak semua anak-anaknya berkumpul. Sejak
itu, disaat saya dulu mulai kabur dari rumah memilih
hidup sendiri ( dengan ibu kandung) disaat itulah
saya absen mudik. :-(

Orang biasanya untuk
mengantisipasi kemacetan, sengaja mudik
jauh-jauh hari, dan kembali saat arus balik mudik
belum ramai. Akan tetapi tahun ini, saya terpaksa
mudik
pas selang 1 bulan Lebaran (agak nyeseksih). Sebab
dana mudik ♈αήƍ harus dikeluarkan tidak masuk
akal, makanya saya sendiri milih ♈αήƍ masuk akal
waktunya, disamping itu Ĵυ̲̣̥Ǧ̩̥a̲̅ masalah pekerjaan
menjadi faktor utamanya, :) biasalah namanya juga pekerja rajin, ♧=DH̲̣̣̣̥ɑ̤̥̈̊H̲̣̣̣̥ɑ̤̥̈̊=D♧:::::♧=DH̲̣̣̣̥ɑ̤̥̈̊H̲̣̣̣̥ɑ̤̥̈̊=D


Ada hal lain yang membuat
saya merindukan berlebaran di kampung halaman
bersama keluarga besar. Suasana lebaran dan
kebiasaan khusus di keluraga besar, yang belum
tentu saya dapatkan di tempat lain. Di keluarga besar
kami ada tradisi khusus lebaran yaitu sungkeman
dan bagi-bagi angpau (keponakan saya biasa
menyebutnya “fitrah”) usai sungkeman.
Lebaran yang identik dengan saling memaafkan yang
menjadi alasan tradisi sungkeman ini. Bukan sekedar
ritual bersalaman semata dan saling meminta maaf,
tapi makna sungkeman bagi keluarga kami lebih dari
itu. Biasanya kami melakukan sungkeman jika
semuanya terkumpul lengkap, lebih sering, sih, di
hari kedua lebaran, dan waktunya pun bisa kapan
pun sesuai situasi dan kondisi. Bisa pagi, siang, atau
malam. Yang jelas, ini adalah acara khusus yang
begitu membekas secara batin, karena sering diiringi
deraian air mata. (-̩̩̩-͡ ̗--̩̩̩͡)(-̩̩̩-͡ ̗--̩̩̩͡ ) ђ¡κƾ... ђ¡κƾ...!!! ђ¡κƾ... ђ¡κƾ...!!! •:'(•:'(нцååąą •:'(•:'(


Saya dulu sengaja berpakaian khusus saat
sungkeman,
bukan khusus dalam arti fashion, tapi mengenakan
pakaian rapi (setidaknya tak ada yang memakai
Baju oblong atau kaos robek), meski tradisi dilakukan
di rumah
sendiri menjelang larut malam sekalipun.


Sungkeman diawali dari Nenek yang meminta maaf
dan
saling mendoakan kepada Kakek.
Kemudian berurutan satu sama lain dari kakak tertua
dan kakak ipar tertua, sampai anak termuda dan
menantu termuda, dilanjutkan dari cucu tertua
hingga termuda. Saat melakukan sungkem, terutama
kepada Bapak dan Ibu, kami bersimpuh setengah
jongkok, membisikkan kata-kata maaf yang biasanya
diucapkan dalam bahasa Jawa krama (kecuali
beberapa anggota keluarga yang tidak bisa
berbahasa Jawa, biasanya mengucapkannya dalam
bahasa Indonesia) yang akan dibalas dengan kalimat
yang kurang lebih esensinya sama ditambah doa
dari orang tua untuk kebaikan anak-anaknya. :D


Ritual
inilah yang seringkali membangkitkan rasa haru dan
membuat air mata kami berderai. ˚◦°•hмм...(―˛―“)..•°◦˚


Usai sungkeman biasanya ada acara berfoto
bersama, meski tidak selalu di setiap lebaran kami
bisa berfoto lengkap. Baru setelahnya dilanjut
dengan berbagi rizki, apapun istilah yang dipakai,
angpau atau fitrah, yang jelas momen ini yang paling
ditunggu anak-anak termasuk sy h̶̲̥̅̊є̲̣̥є̲̣̣̣̥h̶̲̥̅̊є̲̣̥є̲̣̣̣̥h̶̲̥̅̊є̲̣̥є̲̣̣̣̥ .

Bukan masalah besarnya
rupiah yang mereka dapat dari Eyangnya, Budhe/
Pakdhe, atau Bulik/Paklik, bahkan dari keponakan-
keponakan yang sudah dewasa dan bekerja, tapi
aktivitas saling memberi dan menerimanya yang
membuatnya meriah. Intinya sih, lebih ke saling
berbagi kegembiraan dan rizki. Uang yang dibagikan
pun biasanya uang khusus, yaitu uang baru yang
sengaja ditukar dari bank, yang terdiri dari uang
pecahan seribuan, lima ribuan, sepuluh dan
duapuluh ribuan, sampai lima puluh ribu. Seru dan
berkesan.


Rugi rasanya jika melewatkan lebaran
tanpa berkumpul bersama keluarga besar.
Selamat menyambut lebaran untuk semua, yang
mudik jaga kondisi ya…. :)


Sendiri lagi berlebaran- :))

Okta Aditya

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE
Follow @AdityaEmail_ 1